Rondeaktual.com
Setelah menulis tentang Rocky Joe (Rabu, 24 Juli 2024), penulis meneruskan kisah tentang Boy Bolang.
Siapa Boy Bolang?
Penggemar tinju yang sekarang umurnya sudah 60 tahun ke atas, pasti pernah mendegar nama Boy Bolang, yang dijuluki promotor flamboyan Indonesia. Bila Anda seorang petinju, barangkali pernah merasakan uang dari tangan Boy Bolang. Bayarannya lebih tinggi dari promotor lain. Itu pasti.
Pada awalnya, Boy Bolang adalah seorang petinju amatir.
Aku tahu, beliau tangguh, walaupun tidak pernah melihatnya bertanding. Bersama Pertina DKI Jakarta, Boy Bolang lebih lima tahun sebagai petinju.
Beliau adalah pemegang medali emas kelas menengah ringan, 71 kilogram, PON VIII/1973 Jakarta. Di final, Boy Bolang mengalahkan Asriel Gootje Lubis (Sumatera Utara). Di semifinal, Boy Bolang mengalahkan Valence Hurulean (Irian Jaya/Papua).
Boy Bolang (bergabung dengan nama besar lainnya seperti Ronny Sarimole, Rahman Mone, Idwan Anwar, Jimmy Sinantan, Syamsul Anwar Harahap, Valence Hurulean, Wiem Gommies, Benny Maniani, dan Firman Pasaribu) pernah mengikuti Kejuaraan Asia VII Yokohama, tahun 1975.
Pada quarterfinal, Boy Bolang kandas di tangan Chang Woo Lee (Korea) dan gagal merebut medali. Tim Pelatnas Indonesia merebut medali perunggu melalui kelas bulu Idwan Anwar dan kelas berat ringan Benny Maniani. Kejuaraan Asia Yokohama adalah perjalanan yang hebat.
Tidak itu saja, Boy Bolang adalah pendiri lahirnya tinju bulanan, yang terkenal dengan sebutan MBC.
Pada 1978, MBC dianggap salah satu pertandingan tinju amatir paling bergengsi di Jakarta. MBC melahirkan sejumlah juara yang berani dan entah mengapa hampir 65% datang dari Benteng AMI/ASMI Jakarta.
Pada tahun berikutnya, sejumlah dareah berlomba-lomba menggelar pertandingan MBC. Tinju amatir ada di mana-mana. Hidup dan berkembang.
Sekarang, jangankan MBC, pertandingan besar sekelas STE sudah malas diselenggarakan. STE sudah habis sejak pertandingan terakhir di Kabupaten Bogor 2017.
Salah satu karya besar Boy Bolang adalah ketika ia maju promotor dan mengantar Ellyas Pical menjadi petinju Indonesia pertama merebut gelar juara tinju dunia.
Hebat dan itu fakta sejarah. Kita memiliki gelar dunia setelah kepalan kidal Ellyas Pical menjatuhkan juara bertahan Ju Do Chun (Korea Selatan) pada ronde kedelapan dari lima belas ronde yang dijadwalkan di Istora Senayan, Jumat malam, 3 Mei 1985.
Sukses Boy Bolang, sukses Ellyas Pical, sukses Garuda Jaya, dan sukses Simson Tambunan dan kawan-kawan, menjadi kebangkitan pertama olahraga tinju Indonesia.
Di mana-mana, anak-anak muda datang ke sanana untuk belajar tinju. Di kedai kopi, orang-orang menghentikan permainan caturnya hanya untuk membicarakan tinju, tentang kepalan maut Ellyas Pical.
Sampai sekarang sudah bertahun-tahun lamanya, kebangkitan tinju Indonesia yang kedua belum pernah terjadi. Entah kapan.
MENGENAL BOY BOLANG DI GARUDA JAYA
Pada tahun 1982, penulis mengenal Boy Bolang di sasana Garuda Jaya. Kami salaman.
Di sana hadir Djafar (seorang wasit), Jimmy Chiu (pelatih tinju), Pontas Simanjuntak (pelatih pertama Ellyas Pical), Kairus Sahel (asisten pelatih Garuda Jaya), Simson Tambunan (pengurus Garuda Jaya yang juga Ketua Pertina DKI Jakarta). Boy Bolang bicara tentang masa depan tinju Indonesia.
Sore itu, Boy Bolang datang untuk melihat latihan Piet Gommies, Eddy Gommies, Ricky Tampubolon, Iwan Tubagus Jaya, Polly Pasireron, Ellyas Pical (belum naik ring karena baru datang dari Saparua).
Boy Bolang baru beberapa bulan di Jakarta, setelah kembali dari Amerika Serikat, yang menjumpai promotor Don King sambil menawarkan bahwa Indonesia memiliki calon juara dunia bernama Thomas Americo.
Boy Bolang ingin mempromotori kejuaraan dunia yang pertama di Indonesia, mendorong jagoan baru dari Bobonaro, Thomas Americo melawan KO King juara dunia WBA kelas welter yunior Aaron Pryor atau melawan juara dunia WBC kelas welter yunior Saoul Mamby, yang umurnya sudah 34 tahun.
Gagasan itu patah di tengah angan-angan. Boy Bolang dianggap terlalu boros dan terlalu lama negosiasi dengan Don King. Akhirnya Boy Bolang dipotong dan tidak boleh kembali ke Jakarta. Boy Bolang dan istri dan anak-anak mereka, harus tinggal di Amerika.
Akhirnya, tokoh berkuda Herman Sarens Soediro mengambil hak kejuaraan dunia WBC kelas welter yunior antara juara Saoul Mamby melawan Thomas Americo di Istora Senayan, Sabtu malam, 29 Agustus 1981.
Mamby yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Americo 22 tahun, dengan mudah mempertahankan gelar.
Itu merupaka kejuaraan dunia WBC pertama dan satu-satunya di Indonesia. Sampai sekarang sudah hampir 43 tahun, entah mengapa kejuaraan dunia WBC yang kedua di Indonesia belum ternah terjadi.
Cukup pahit perjalanan Boy Bolang. Tetapi akhirnya, namanya tercatat dalam sejarah sebagai promotor pertama berhasil mengantar Ellyas Pical, penyelam mutiara dari Saparua, sebagai juara dunia.
KEJUARAAN DUNIA PROMOTOR BOY BOLANG
1. Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Penantang kidal Ellyas Pical (Garuda Jaya, Indonesia) menang KO-8 atas juara Ju Do Chun (Korea Selatan), Istora Senayan, 3 Mei 1985.
2. Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Juara kidal Ellyas Pical (Garuda Jaya, Indonesia) menang TKO-3 melawan penantang Wayne Mulhollnad (Australia), Istora Senayan, 25 Agustus 1985.
3. Gelar IBF kelas terbang ringan 15 ronde: Juara kidal Dodie “Boy” Penalosa (Filipina) menang TKO-3 melawan kidal buatan Yani “Hagler” Dokolamo (Sawunggaling Surabaya, Indonesia), Istora Senayan, Sabtu malam, 12 Oktober 1985.
4. Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Penantang Caesar Polanco (Republik Dominika) menang angka atas juara Ellyas Pical (Garuda Jaya, Indonesia), Istora Senayan, Sabtu malam, 15 Februari 1986.
BOY BOLANG MASUK TINJU
Jangan kaget, Boy Bolang, di usia tidak muda lagi, 41 tahun, harus memilih tinju pro sebagai jalan terakhir.
Boy Bolang naik ring melawan Piet Gommies di Jakarta, melawan Suwarno di Ujungpandang (sekarang Makassar), dan terakhir melawan Solihin di Delta Plaza Surabaya.
Aku berdiri di sudut ring pada dua pertandingan terakhir Boy Bolang. Saat menghadapi Suwarno (Inra Surabaya) berlangsung selama empat ronde cruiserweight tanpa pemenang. Saat menghadapi Solikin (Gajayana Malang) berlangsung selama empat ronde cruiserweight tanpa pemenang.
Di Ujungpandang dan di Surabaya murni main sabun. Penonton mengira tinju sungguhan. Mereka datang dan ingin melihat Boy Bolang bagaimana di atas ring.
Sebelum menuju Stadion Mattoangin, telah diambil kesepakatan tidak ada pemenang. Suwarno diminta hanya boleh melepaskan jab-jab. Tidak boleh ada straight, sebab dapat menjatuhkan lawan. Semua tidak mau kalau Boy Bolang knockdown, apalagi sampai knockout.
Boy Bolang tidak bisa stabil selama empat ronde. Pada ronde ketiga dan keempat, sudah banyak merangkul. Sementara, Suwarno yang masih aktif bertinju, sengaja menjual strategi defensive. Sengaja membuka pertahanan dan membiarkan lawan masuk menyerang.
Memasuki ronde terakhir, wasit Bernard Tjahjono mengingatkan Boy Bolang dan Suwarno agar betul-betul fight. Jangan ada sandiwara, sebab ini pertandingan resmi dalam pengawasan Komisi Tinju Indonesia. Tiga hakim di bawah serentak memberikan 38-38, 38-38, 38-38.
Di Surabaya, sebelum naik ring para sekondan sudah sepakat tidak boleh ada pemenang. Untuk mengelabui penonton, sekondan Boy Bolang yang dijaga oleh petinju Pulo Sugar Ray, sengaja mengikat tali sepatu dengan tidak benar. Sehingga setiap ronde wasit harus berkali-kali menghentikan pertandingan dan membawa Boy Bolang ke sudutnya untuk memperbaiki tali sepatu.
Itu ilmu lama. Ilmu mengulur-ulur waktu. Sudah ada sejak dahulu dan dikenal sebagai ilmu tinju orang malas.
Walaupun “main sabun”, namun Boy Bolang sempat memperlihatkan bagaimana cara melepaskan jab-straight yang baik dan benar. Banyak penonton memberikan applause. Sebagian sampai berdiri. Boy Bolang yang dipandang sebagai pahlawan karena telah melahirkan juara dunia, dihormati dengan cara yang luar biasa.
Pada pertandingan itu, Boy Bolang terikat kontrak dengan promotor Tinton Soeprapto dari Tonsco Jakarta. Setiap naik ring, Boy Bolang menerima honor bersih Rp 5 juta. Seluruh biaya perjalanan termasuk makan dan penginapan, ditanggung promotor.
TENTANG BOY BOLANG
Lahir: Surabaya, Jawa Timur, 12 Januari 1948.
Karir profesioal: Menang KO ronde pertama atas Piet Gommies di Jakarta, draw melawan Suwarno di Ujungpandang, draw melawan M Solikin di Surabaya.
Meninggal dunia: Jakarta, 16 April 2004, dimakamkan di Jakarta Selatan. Beberapa tahun kemudian, jenazah dipindahkan ke Sandiego Hills Karawang, Jawa Barat.