Rondeaktual.com
Ninong, 56 tahun, dari Sulawesi Tengah, pernah mengadakan pertandingan eksibishi bersama rekan daerahnya Rini Elviana.
Pada awalnya, Pertina menolak keras Ninong dan Rini Elviana untuk mengikuti pertandingan Kejuaraan Nasional sekaligus Pra PON XIV di Tenggarong, Kalimantan Timur, tahun 2003. Pasalnya, tinju wanita belum dipertandingan di Indonesia. Masih dianggap tabu.
Setelah terjadi negosiasi, akhirnya Ninong dan Rini Elviana diperbolehkan masuk ke dalam ring. Peristiwa disaksikan para tokoh Pertina seperti; Bambang Asmanu, Pulo Pardede, Saparinjanto, BA, Jetty Pattiasina, Edith.
Kedua atlet, Ninong dan Rini Elviana, tampil dalam pertandingan tinju versi pameran. Seorang wasit berada di dalam ring. Berlangsung 3 ronde durasi 2 menit lengkap dengan pelindung kepala.
Tidak ada pemenang. Wasit mengangkat tangan kedua petinju dan memang begitulah keputusan yang berlaku untuk pertandingan eksibishi.
Dua tahun kemudian, atau pada 2005, di GOR TD Pardede, Medan, Sumatera Utara, Pertina untuk pertama kali menyelenggarakan pertandingan Kejuaraan Nasional Tinju Wanita.
Sejak saat itu, tinju wanita ada di mana-mana. Di Kejurnas, STE, PON, pertandingan tinju wanita tidak pernah absen. Sekarang, semua daerah –Papua, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Sumatera, dan Jawa—sudah membina tinju wanita.
Ninong tidak pernah naik ring di pertandingan resmi seperti Kejurnas, STE, PON. Si Wanita Emas Sulawesi Tengah ini fokus meneruskan karir sebagai pelatih. Sampai sekarang.
Pada awal kebangkitan tinju wanita di Indonesia, Ninong mendapat kehormatan pertama dari Pertina pusat di Jakarta. Sebagai pelatih Pelatnas SEA Games.
“Saya senang mendapat panggilan pelatnas. Saya ke Jakarta, menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Pertina,” kenang Ninong. “Waktu itu saya diminta untuk ikut mempersiapkan petinju wanita Indonesia yang akan mengikuti SEA Games. Itu sesuatu yang membanggakan dalam hidup saya.”
Ninong menjalani Pelatnas SEA Games Thailand di Jakarta bersama petinju kidal Indri Sambaimana (Sulawesi Utara), Rumiris Simarmata (Sumatera Utara), Veronica Nicolaas (DKI Jakarta).
“Seingat saya, Indri Sambaimana memperoleh medali perak, kalah di pertadingan final melawan juara Asia dari Filipina,” katanya.
“Setelah mengikuti Pelatnas di Jakarta, saya kembali ke daerah sebagai pelatih. Sampai sekarang, saya tidak pernah berhenti mengerjakan olahraga. Mempersiapkan petinju-petinju muda untuk menghadapi Popda Sulteng di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.”
Ninong sangat bangga bisa berkontribusi terhadap kemajuan olahraga tinju wanita Indonesia.
Tetapi, harus diakui, Pertina terlambat menyelenggarakan pertandingan tinju wanita. Ketika Kejurnas Tinju Wanita pertama digelar tahun 2005, negara Asia seperti Filipina dan Thailand, telah menghasilkan juara melalui Kejuaraan Tinju Wanita Asia tahun 2005.
“Saya tidak akan berhenti berkarya untuk olahraga. Saya masih lama pensiun dan akan terus mendidik sekaligus mengantar orang-orang muda sampai juara.”
Sekarang, menurut pandangan Ninong, tinju wanita sudah jauh berkembang dan sudah dipertandingkan sejak Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII/2008 Kalimantan Timur.
Pada awalnya, tinju wanita dan tinju pria diselenggarakan terpisah. Sekarang, baik Kejurnas, STE, dan PON, pertandingan tinju pria dan wanita diselenggarakan di atas ring yang sama.
Pada PON Aceh-Sumatera Utara, September 2024, tinju wanita menandingkan 9 kelas dan tinju pria menandingkan 11 kelas. Total 20 kelas.
DAFTAR JUARA PON XVII/2008 KALTIM – ELITE WOMEN`S
Tinju wanita pertama kali masuk PON pada PON XVII/2008 Kalimantan Timur. Berikut daftar juaranya.
KELAS 46 KILOGRAM – Medali emas: Sadarmawati Simbolon (Sumatera Utara). Medali perak: Nur Cahya (Papua). Medali perunggu: Marican Purba (Riau) dan Tina Pentury (Maluku).
KELAS 48 KILOGRAM – Medali emas: Selly Wanimbo (Sulawesi Selatan). Medali perak: Yunike Rotti (Sulawesi Utara). Medali perunggu: Rumiris Simarmata (Sumatera Utara) dan Amelia Lontoh (Kalimantan Timur).
KELAS 50 KILOGRAM – Medali emas: Indri Sambaimana (Sulawesi Utara). Medali perak: Hawaris (Jambi). Medali perunggu: Defrianti Liatahi (Kalimantan Timur dan Mariyam (Sulawesi Tengah).
KELAS 52 KILOGRAM – Medali emas: Yunike Busira (Papua). Medali perak: Syane Holung (Sulawesi Utara). Medali perunggu: Kristina Simarmata (Sumatera Utara) dan Getrudis Taek (Nusa Tenggara Timur).
KELAS 54 KILOGRAM – Medali emas: Welmi Pariama (Maluku). Medali perak: Suriati Mabiang (Sulawesi Utara). Medali perunggu: Suzanna Tuanakotta (Sulawesi Selatan Yosephina Isoga (Papua Barat).
KELAS 57 KILOGRAM – Medali emas: Veronica Nicolaas (Daerah Khusus Ibukota Jakarta). Medali perak: Lisa Kmuur (Papua). Medali perunggu: Nurjanah (Kalimantan Timur) dan Shinta Gesnita (Kalimantan Tengah).
KELAS 60 KILOGRAM – Medali emas: Siti Aisyah (Sumatera Utara). Medali perak: Agnez Datungsolang (Kalimantan Timur). Medali perunggu: Petty Asmola (Jawa Tengah) dan Magdalena Kambayong (Papua). (Rondeaktual.com)