Rondeaktual.com – Empat hari yang lalu, seorang wanita inisial TAS yang bekalangan memilih lebih sering menetap di Amerika Serikat, mengirim gambar mendiang Boy Bolang.
Itu bukan gambar pertama Boy Bolang yang pernah penulis terima dari orang-orang dekat almarhum. Gambar itu sangat cerah. Bisa dipastikan merupakan gambar terbaik yang pernah penulis terima dari salah satu cucu Mr. Raden Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia dua periode berbeda, yang pernah singgah di dalam kehidupan Boy Bolang.
Kuat dugaan gambar diambil di sebuah studio besar, sebelum tahun tahun 2000, atau sebelum Boy Bolang kena serangan stroke. Dari lighting dan background, penulis memastikan gambar tidak diambil dengan kamera foked [autofocus] yang populer di era itu.
Baca Juga
Advertisement
Gambar itu terlalu indah untuk dikenang. Tadi malam, gambar itu membawa pikiran penulis tentang Boy Bolang, menjadi inspirasi untuk sebuah coretan tentang Boy Bolang.
Boy Bolang Pemegang Medali Emas PON Kelas Menengah Ringan
Penggemar tinju Tanah Air yang sekarang sudah 60 tahun ke atas, pasti pernah mendegar nama Boy Bolang. Pada eranya dijuluki promotor flamboyan Indonesia.
Bila Anda seorang petinju, barangkali pernah merasakan uang dari tangan Boy Bolang. Bayarannya lebih tinggi dari promotor lain. Itu pasti.
Baca Juga
Advertisement
Pada awalnya, Boy Bolang adalah seorang petinju amatir. Penulis tidak sempat melihatnya bertanding, tetapi bisa dipastikan sangat tangguh untuk kelas menengah ringan Indonesia. Boy Bolang lebih lima tahun sebagai petinju Nasional.
Berdasarkan kodukemantasi “Non-M Promotion”, Boy Bolang adalah pemegang medali emas kelas menengah ringan, 71 kilogram, pada PON VIII/1973 Jakarta. Di final, Boy Bolang mengalahkan Asriel Gootje Lubis [Sumatera Utara]. Di semifinal, Boy Bolang mengalahkan Valence Hurulean [Irian Jaya/Papua].
Boy Bolang pernah bergabung dalam “Tim Pelatnas” bersama nama besar lainnya seperti Ronny Sarimole, Rahman Mone, Idwan Anwar, Jimmy Sinantan, Syamsul Anwar, Valence Hurulean, Wiem Gommies, Benny Maniani, dan Firman Pasaribu. Mengikuti Kejuaraan Asia VII Yokohama, tahun 1975.
Baca Juga
Advertisement
Pada quarterfinal, Boy Bolang kalah di tangan Chang Woo Lee [Korea] dan gagal merebut medali. Tim Pelatnas merebut medali perunggu melalui kelas bulu Idwan Anwar dan kelas berat ringan Benny Maniani. Kejuaraan Asia Yokohama adalah perjalanan yang hebat bagi petinju amatir era pimpinan Saleh Basarah.
Di luar pertandingan, Boy Bolang adalah pendiri lahirnya tinju bulanan, yang terkenal dengan sebutan MBC.
Pada 1978, MBC dianggap salah satu pertandingan tinju amatir paling bergengsi di Jakarta. MBC melahirkan sejumlah juara favorit, yang entah mengapa hampir 65% datang dari Benteng AMI/ASMI Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
Pada tahun berikutnya, sejumlah dareah berlomba-lomba menggelar pertandingan MBC. Tinju amatir ada di mana-mana. Hidup dan berkembang.
Sekarang, jangankan MBC, pertandingan besar sekelas STE sudah malas diselenggarakan. STE sudah habis sejak pertandingan terakhir di Kabupaten Bogor tahun 2017. STE sudah delapan tahun dihentikan.
Salah satu karya besar Boy Bolang adalah ketika ia maju promotor dan mengantar Ellyas Pical menjadi petinju Indonesia pertama merebut gelar juara tinju dunia.
Baca Juga
Advertisement
Itu sejarah yang tak akan terhapus oleh waktu. Kita memiliki gelar dunia setelah kepalan kidal Ellyas Pical menjatuhkan juara bertahan Ju Do Chun [Korea Selatan] pada ronde kedelapan dari lima belas ronde yang dijadwalkan di GBK Senayan, Jumat malam, 3 Mei 1985.
Sukses promotor Boy Bolang adalah sukses Ellyas Pical, sukses Garuda Jaya, sukses Simson Tambunan dan kawan-kawan, dan sukses mengangkat pertama olahraga tinju Indonesia.
Di mana-mana, anak-anak muda datang ke sanana untuk belajar tinju. Di kedai kopi, orang-orang harus menghentikan permainan caturnya hanya untuk membicarakan tinju. Tentang kepalan maut Ellyas Pical.
Baca Juga
Advertisement
Sampai sekarang sudah bertahun-tahun lamanya, kebangkitan tinju Indonesia yang kedua belum pernah terjadi. Entah kapan.
Boy Bolang saat berkunjung ke Garuda Jaya. Dari kiri: Simson Tambunan, Boy Bolang era teh botol dan memegang kamera, Jimmy Chiu, dan Djafar. [Foto dokumentasi Non-M Promotion]
Mengenal Boy Bolang di Sasana Tinju Garuda Jaya Jakarta
Pada tahun 1982, penulis pertama kali mengenal Boy Bolang di sasana tinju Garuda Jaya. Kami salaman.
Baca Juga
Advertisement
Setelah memperkenalkan diri sebagai Finon Manullang, Boy Bolang langsung teringat dan membalas: “Oh…, you yang kirim christmas card ke saya. Terima kasih, saya senang.”
Ketika itu, Boy Bolang dan keluarga tinggal di AS mengurus kejuaraan dunia untuk Thomas Americo. Penulis mengirim kartu melalui Kantor Pos Cabang Pasar Baru yang ada di Lantai 2 Blok 1, Pasar Senen, Jakarta Pusat. Sekarang Kantor Pos itu sudah hilang. Sudah lama dirobohkan sampai rata dengan tanah.
Pada pertemuan pertama, hadir Djafar [seorang wasit terbaik], Kid Francis [pelatih Scorpio Jakarta], Jimmy Chiu [pelatih tinju Cimanggis], Pontas Simanjuntak [pelatih pertama Ellyas Pical], Kairus Sahel [asisten pelatih Garuda Jaya], Simson Tambunan [pengurus Garuda Jaya yang juga Ketua Pertina DKI Jakarta].
Baca Juga
Advertisement
Sore itu, Boy Bolang datang untuk melihat latihan Piet Gommies, Eddy Gommies, Ricky Tampubolon, Tubagus Jaya, Polly Pasireron, Ellyas Pical [belum naik ring karena baru datang dari Saparua dan sudah keluar dari Pertina Maluku].
Boy Bolang baru beberapa bulan di Jakarta, setelah kembali dari Amerika Serikat. Ia sempat menjumpai promotor Don King sambil menawarkan bahwa Indonesia memiliki calon juara dunia bernama Thomas Americo.
Boy Bolang ingin mempromotori kejuaraan dunia yang pertama di Indonesia, mendorong jagoan baru dari Bobonaro, Thomas Americo melawan KO King juara dunia WBA kelas welter yunior Aaron Pryor.
Baca Juga
Advertisement
Dianggap terlalu berat menghadapi Pryor, akhirnya Thomas Americo menghadapi juara dunia WBC kelas welter yunior Saoul Mamby, yang umurnya sudah 34 tahun.
Gagasan itu patah di tengah angan-angan. Boy Bolang dianggap terlalu boros. Terlalu lama negosiasi dengan Don King. Akhirnya Boy Bolang dipotong dan tidak boleh kembali ke Jakarta. Boy Bolang dan istri bersama anak-anak mereka, harus tinggal di Amerika.
Akhirnya, tokoh berkuda Herman Sarens Soediro mengambil hak kejuaraan dunia WBC kelas welter yunior antara juara Saoul Mamby melawan Thomas Americo di Istora Senayan, Sabtu malam, 29 Agustus 1981.
Advertisement
Mamby yang umurnya lebih tua 12 tahun dari Americo 22 tahun, dengan mudah mempertahankan gelar.
Itu merupaka kejuaraan dunia WBC pertama dan satu-satunya di Indonesia. Sampai sekarang dan sudah 44 tahun, kejuaraan dunia WBC yang kedua di Indonesia belum ternah terjadi.
Cukup pahit perjalanan Boy Bolang. Tetapi akhirnya, namanya tercatat dalam sejarah tinju sebagai promotor pertama yang berhasil mengantar Ellyas Pical, penyelam mutiara dari Saparua, sebagai juara tinju dunia.
Baca Juga
Advertisement
4 Kejuaraan Dunia Promotor Boy Bolang
- Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Ellyas Pical [Garuda Jaya, Indonesia] menang KO-8 atas juara Ju Do Chun [Korea Selatan], Istora Senayan, 3 Mei 1985.
- Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Ellyas Pical [Indonesia] menang TKO-3 melawan penantang Wayne Mulholland [Australia], Istora Senayan, 25 Agustus 1985.
- Gelar IBF kelas terbang ringan 15 ronde: Juara kidal Dodie “Boy” Penalosa [Filipina] menang TKO-3 melawan kidal buatan Yani “Hagler” Dokolamo [Sawunggaling Surabaya, Indonesia], Istora Senayan, Sabtu malam, 12 Oktober 1985.
- Gelar IBF kelas bantam yunior 15 ronde: Penantang Caesar Polanco [Republik Dominika] menang angka atas juara Ellyas Pical, Istora Senayan, Sabtu malam, 15 Februari 1986.
Boy Bolang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 12 Januari 1948. Meninggal di Jakarta, 16 April 2004, dalam usia 56 tahun, dimakamkan di Jakarta Selatan. Beberapa tahun kemudian, jenazah Boy Bolang dipindahkan ke Sandiego Hills Karawang, Jawa Barat.
Finon Manullang, penulis buku “Perjalanan Tinju Indonesia” dan “Memoar Tinju Profesional”, dari Desa Tridayasakti, Jawa Barat.
Baca Juga
Advertisement