Rondeaktual.com – Penulis belakangan mulai banyak lupa. Kadangkala ingat dengan para legenda tinju, tetapi tidak ingat kapan dan di mana pertama kali berjumpa. Mungkin lantaran diri ini sudah terlalu tua dan sudah terlalu lama.
Itu alamiah saja. Orang sering menyindiri sebagai akibat faktor “U”, yang dalam konteks kesehatan adalah singkatan dari Faktor Usia, menyusul melemahnya sistem kekebalan tubuh atau tanda-tanda penuaan dini.
Tetapi, penulis selalu bersyukur masih setia “menulis untuk tinju” termasuk setia setiap hari di depan komputer. Itu sesuatu yang tak terbayangkan sekaligus tak tersamai. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun, setia menulis untuk tinju. Tanpa putus.
Baca Juga
Advertisement
Pada Coretan sebelumnya penulis sudah menulis petinju legendaris antara lain Rocky Joe, mendiang Boy Bolang dan sekarang sebuah coretan tentang Wiem Gommies, petinju legendaris asal Maluku.
Penulis sangat bersyukur karena masih sempat menjadi saksi satu sisa pertandingan Wiem Gommies saat berhadapan dengan Meni Matatulla di Istora GBK Senayan. Penonton yang berasal dari Maluku menjadi terbelah. Persentasinya 90% mendukung Wiem dan 10% mendukung Meni yang mewakili Bogor, Jawa Barat.
Penulis menyaksikan pertarungan kelas menengah Wiem Gommies melawan Meni Matatulla dengan cara beli tiket termurah di ujung tribun. Jauh dari ring. Wiem rajin melepaskan jab-straight. Terlihat dua kelas di atas lawan.
Baca Juga
Advertisement
Di era itu, pertandingan tinju amatir masih laku dikarciskan. Laris manis seperti kacang goreng di pinggir jalan. Tinju era sekarang sudah berat. Meski pintu terbuka lebar alias gratis secara total, kebanyakan orang sudah malas datang.
Prestasi Internasional Wiem Gommies
- Pemegang medali emas kelas menengah Asian Games VI di Bangkok, Thailand, tahun 1970. Dalam final, Wiem mengalahkan Arif Malik [Pakistan]. Pertandingan berlangsung di Bangkok, 9-20 Desember 1970.
- Pemegang medali emas kelas menengah Kejuaraan Asia V di Teheran, Iran, tahun 1971. Dalam final, Wiem menang luar biasa melalui KO pada ronde kedua atas Masoud Keshkiri [Iran]. Pertandingan berlangsung di Teheran, 27 Agustus hingga 2 September 1971.
- Pemegang medali emas kelas menengah Asian Games VIII di Bangkok, Thailand, tahun 1978. Dalam final, Wiem menang 3-2 atas Chang Bon-Mun [Korea Utara]. Pertandingan berlangsung di Bangkok Recreation Center, Bangkok, 10-18 Desember 1978.
Di dalam negeri dan berdasarkan pengakuannya sendiri kepada penulis, Wiem Gommies tidak pernah kalah. Wiem gagal merebut merebut medali emas kelas menengah pada PON IX Jakarta tahun 1977 bukan karena kalah bertanding melainkan kalah mengundurkan diri [WO] melawan Seppy Karubaba [Papua]. Ketika itu final PON diselimuti marah penonton. Seluruh petinju DKI yang hendak bertanding di final ditarik untuk alasan keselamatan.
Sepanjang mengikuti PON, Wiem Gommies tiga kali merebut medali emas untuk daerah Maluku dan terakhir untuk daerah DKI Jakarta. Wiem nyaris menyamai rekor empat medali emas PON Herry Maitimu dan Alberth Papilaya.
Baca Juga
Advertisement
Penulis pertama kali mengenal Wiem Gommies di dalam GOR Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah.
Tahun berapa? Sudah lupa. Sudah lama sekali. Sementara file yang ada di “Non-M Promotion” sudah banyak terkoyak-koyak. Banyak yang hilang. Sejumlah orang yang berpura-pura muka baik hati baik, datang meminjam dokumentasi kemudian memulangkannya sudah tidak dalam kondisi utuh. Peminjam sengaja merobek beberapa lembar dan itu sama saja dengan mencuri. Mereka awalnya meminjam ingin melihat-lihat dokumentasi kemudian mengembalikan setelah sebagian halaman dijarah. Itu tak akan terampuni.
Supaya tidak salah menyampaikan data, penulis segera menghubungi Bara Gommies, putra Wiem Gommies.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Bara, ia masih sekolah saat mengikuti Kejurnas Semarang sekaligus Pra PON XII tahun 1992.
“Saya masih sekolah, umur 19 tahun waktu ikut Kejurnas Semarang,” kata Bara Gommies. “Saya dua kali main, dengan hasil sekali menang dan sekali kalah. Saya pulang Ambon tidak memperoleh medali.”
Di Kejurnas Semarang 1992 itulah, penulis pertama kali berkenalan dengan Wiem Gommies. Penulis memperkenalkan diri sebagai Finon Manullang. Tidak sebut identitas wartawan. Tetapi, dengan gaya penampilan penulis ketika itu, menenteng tas berisi kamera di bahu dan ID Card yang menempel di dada kiri, penulis percaya jika Wiem Gommies tahu bahwa lawan bicaranya seorang reporter.
Baca Juga
Advertisement
Pada era itu, seorang wartawan sangat mudah dikenali, karena selalu membawa tustel di dalam tas dan pulpen terlihat setengah menonjol di kantong baju. Wartawan sekarang sudah beda. Suka tampil lebih keren. Tanpa menenteng tustel. Tanpa pamer pulpen. Sekarang cukup modal hp. Bisa merekam percakapan. Bisa mengambil gambar. Soal hasil, tergantung angel. Pemilihan angle dapat menghasilkan gambar yang bagus, tanpa harus memegang hp mahal.
Di tahun itu, penulis terikat kontrak kerja wartawan untuk harian pagi di Surabaya. Redaksi memberangkatkan penulis untuk meliput Kejurnas Semarang. Seluruh biaya perjalanan, penginapan, dan uang saku, ditanggung perusahaan. Era itu, betul-betul era memanjakan wartawan.
Di Kejurnas Semarang, penulis bertanya tentang penampilan Bara Gommies. Wiem tidak bertanya misalnya: “Kau ini datang dari mana.” Wiem hanya bilang begini: “Tidak apa-apa kalah. Dia [Bara] masih muda. Baru 19 tahun.”
Baca Juga
Advertisement
Apa yang disampaikan Wiem tidak meleset. Beberapa tahun kemudian, Bara merebut medali emas Kejurnas, PON, dan SEA Games.
Bagi penulis, Wiem seolah “orang baru”, karena dua adik Wiem –Piet Gommies dan Eddy Gommies—sudah lama penulis kenal melalui latihan mereka di Garuda Jaya Jakarta, jauh sebelum Ellyas Pical memulai karier sebagai petinju profesional.
Setelah mengenal Wiem di Kerjanas Semarang tahun 1992, penulis kehilangan komunikasi dan mulai bertemu di Senayan, ketika Wiem menjadi pelatih Pelatnas SEA Games tahun Hanoi 2003.
Baca Juga
Advertisement
Terakhir bertemu Wiem Gommies di sekitar ring Kejurnas Junior & Youth Ternate, Maluku Utara, tahun 2015. Wiem hadir sebagai pelatih PPLP Ambon.
Sejak COVID-19 yang bekerpanjangan, Wiem Gommies berhenti pelatih tinju. Wiem menghabiskan hari-harinya di Hatalai, mengurus tanaman besar seperti pohan pisang, pohan kelapa, pohon manggis, dan masih banyak lagi tanama dalam versi pot.
Bila rindu datang, penulis penghubungi Wiem Gommies. Sayangnya pagi ini telepon beliau tidak dapat dihubungi. Nomor sudah ganti.
Baca Juga
Advertisement
Wiem dikaruniai 8 putra-putri. Bara Gomies menjadi petinju peraih medali emas PON dan SEA Games 1997. Laren Gommies adalah seorang pelari nasional yang pernah mengikuti SEA Games Chiangmai 1995 dan SEA Games Jakarta 1997.
8 Putra-putri Wiem Gommies
- Erick.
- Bara, atlet tinju dan pemegang medali emas kelas welter SEA Games tahun 1997.
- Verat.
- Laren, pelari nasional dan sekarang bekerja di Dispora Kota Ambon.
- Karin.
- Yesi.
- Lidia.
- Keren.
Finon Manullang
Foto: Dok
Baca Juga
Advertisement