Rondeaktual.com – Pekan Olahraga Nasional [PON} Aceh-Sumatera Utara 2024 bisa jadi PON yang pahit dalam hidup petinju putri kelas terbang Provinsi DKI Jakarta, Sindy Muhammad Zen, 23 tahun.
Sindy datang ke Pematangsiantar –kota tempat pertandingan cabor tinju PON 2024—dengan persiapan cukup bagus. Tidak main-main, ditangani pelatih mulai dari Husni Ray, Hugo Gosseling, Erwin Tobing, David Kasidi alias Bayu Anggoro Siantarman, dan diperkuat selama tiga bulan terakhir pelatih asal Thailand, Khamanit Narerat.
Targetnya adalah pulang membawa medali, setidaknya medali perunggu.
Baca Juga
Advertisement
Tetapi, apa yang terjadi di Pematangsiantar? Sindy pulang tanpa medali. Langkah Sindy patah di tangan petinju youth yang baru masuk elite asal Jawa Barat, Ayu Pramustika. Pada pertandingan pertamanya di kelas terbang, Sindy kalah 4-1 di dari kidal Ayu Pramustika.
Itu 14 September 2024. Di luar dugaan, Sindy kandas pada pertandingan pertamanya.
Lupakan PON 2024. “Saya mulai fokus untuk menghadapi PON mendatang 2028. Saya tidak ingin gagal dua kali. Cukup sekali,” kata Sindy, yang tetap kuliah di Universitas Negeri, Rawamangun, Jakarta Timur. Pada tahun 2020 pikirannya sempat terganggu antara menjadi atlet tinju dan meneruskan kuliah.
Baca Juga
Advertisement
Raddy Muhammad Zen adalah orang pertama yang mendorong Sindy Muhammad Zen untuk belajar olahraga tinju. Pelan-pelan Sindy pergi ke sasana tinju Garuda Jaya Boxing yang ada di Kota Ternate, Maluku Utara. Belajar tinju dari iseng-iseng menjadi serius.
Sebelum mengikuti Kejurnas Junuior & Youth di GOR Laga Satria, Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barata 2018, dan ketika usia masuk remaja, Sindy harus meninggalkan Ternate menuju Jakarta. Sindy dijanjinya untuk menjadi petinju berprestasi sekaligus meneruskan pendidikan di SMA Atlet Rugunan, Jakarta.
Siapa yang mendorong Sindy masuk olahraga tinju?
Baca Juga
Advertisement
“Papa sendiri,” katanya. Papa sangat mendukung putrinya menjadi atlet tinju. Terima kasih atas dukungan Papa dan Mama selama ini. Terima kasih juga pelatih dan pembina.”
Sindy menjadi anggota tinju di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar [PPOP}, yang berlatih dan tinggal di kompleks olahraga yang terkenal di Ragunan, Jalan RM Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kompleks olahraga itu dibangun oleh Gubernur Ali Sadikin pada eranya.
Ketika itu, PPOP Provinsi DKI melakukan perubahan besar-besaran, setelah sadar selama bertahun-tahun “dibodoh-bodohi” oleh pelatih tinju yang menghabiskan uang besar tanpa prestasi. Beberapa calon petinju diterima dari berbagai daerah dan salah satunya adalah Sindy Muhammad Zen.
Baca Juga
Advertisement
Semua surat kepindahan diatur dengan baik. PPOP melakukan perubahan termasuk melarang orang luar tinggal di sana. Hanya pelatih dan atlet PPOP yang boleh tinggal. Sekarang PPOP terlihat jauh lebih sehat lebih bersih dan disiplin.
Untuk bersekolah di Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, siswa tidak perlu membayar biaya pendidikan karena mereka mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah. Semua biaya terkait latihan dan pertandingan ditanggung. Siswa fokus pada prestasi tanpa memikirkan biaya, bahkan mendapatkan insentif bulanan, dengan besaran yang berbeda tergantung pada tingkat prestasi. Atlet menerima uang bulan hingga Rp1.500.000/bulan. Seluruh kebutuhan [makan dan tempat tinggal] ditanggung penuh oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Sindy harus meninggalkan Ragunan dan berbagung ke “perkampungan tinju” sasana HS Boxing di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga
Advertisement
Ketika masih atlet PPOP, Sindy terkenal karena tangannya yang keras dan cepat mendarat telak di tubuh lawan. Pukulan Sindy sering membuat lawan bingung sendiri dan selesai sebelum waktunya. Sekarang, setelah bertanding di tingkat elite, kecepatan dan kekuatan tangannya, entah mengapa seolah hilang.
Ketika hal itu ditanyakan, Sindy menjawab begini: “Berat badan saya sudah naik.” Mungkin maksud Sindy karena sudah naik ke kelas terbang, sehingga kekuatan pukulan berkurang.
Sindy Muhammad Zen dan petinju dari berbagai provinsi usai menjalani “latihan bersama” yang dibentuk oleh Pengurus Besar Tinju Indonesia [Perbati] di “perkampungan tinju” di Desa Parigi Mekar. Gambar diambil hari Sabtu, 14 Juni 2025.
Baca Juga
Advertisement
Tentang Sindy Muhammad Zen
Nama: Sindy Muhammad Zen.
Advertisement
Nama ring: Sindy.
Tempat dan tanggal lahir: Ternate, 3 Oktober 2001.
Usia: 23 tahun.
Advertisement
Tinggi: 160 sentimeter.
Jangkauan: 162 sentimeter.
Nama orangtua: Raddy Do Muhammad Zen dan Nursina Muchlis Do Senen.
Baca Juga
Advertisement
Tempat latihan: HS Boxing Camp Ciseeng.
Tempat tinggal: Perkampungan Tinju HS Boxing Camp, RT 002 RW 003, Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pelatih: Hugo Gosseling, Husni Ray, Erwin Tobing, David Kasidi Bayu Anggoro Siantarman.
Baca Juga
Advertisement
Pembina: Hengky Silatang, SH.
Nama sekolah
- TK: Al Khairat Ternate.
- SD: Inpres 1 Kalumata, Kota Ternate Selatan.
- SMP: IT Nurul Hasan Kota Ternate.
- SMA: Negeri Ragunan, Jakarta Selatan.
- Perguruan tinggi: Universitas Negeri Jakarta.
Prestasi tinju amatir
Baca Juga
Advertisement
- Medali emas Kejurnas Youth Bogor 2018, sekaligus terpilih petinju favorit.
- Medali emas Kejurnas Youth Medan 2019.
- Medali emas Kejuaraan Asia Youth di Khonkhain, Thailand, 2019.
- Medali perak Kejurnas Elite Medan 2022.
- Medali perunggu Pra PON Makassar 2023.
- Gagal medali PON ke-21 Aceh-Sumatera Utara 2024.
Sejak PON September 2024, Sindy belum pernah naik ring. Berharap pertandingan tinju bisa “hidup” lagi. Banyak jadwal tinju yang entah mengapa tidak dipertandingkan, seperti; Kejurnas Junior/Youth/Elite, Sarung Tinju Emas, Piala Wapres RI, Piala Kapolri, dan Piala Presiden RI.
“Kalau banyak pertandingan akan menjadi bagus bagi masa depan atlet. Tujuan atau cita-cita saya sederhana saja, yaitu upaya merebut medali emas PON dan bisa sampai ke ajang internasional,” katanya. Sindy terakhir pulang ke kampung halamannya pada Maret 2025.
Baca Juga
Advertisement
Tinggalkan Komentar..