Rondeaktual.com – Tadi pagi, Rabu, 24 Desember 2025, Syaripudin Lado berkali-kali menghubungi penulis. Tidak merespon karena masih tidur.
Syaripudin Lado adalah nama yang tak terlupakan dalam urusan tinju pro. Ada ratusan bahkan ribuan petinju selalu bergantung kepadanya. Tidak sedikit di antara mereka sampai merengek meminta jadwal pertandingan. Mereka ingin bertanding, tanpa harus bertanya berapa dibayar.
Itu dulu. Sekarang tinju pro nyaris hilang. Tidak ada pertandingan. Lado belakangan terlibat di organisasi tinju amatir. Sibuk mengikuti rapat kerja. Lado juga ikut mempromosikan perkumpulan mantan petinju bernama Keluarga Besar Tinju Indonesia atau KBTI.
Baca Juga
Advertisement
KBTI lahir di Bumi Anggrek, Jawa Barat, 5 November 2017. Salah satu pendirinya adalah penulis sendiri.
Ingin Bertemu Promotor Tourino Tidar
Melalui percakapan telepon, Lado bercerita tentang rencana tahunan promotor Tourino Tidar untuk mengadakan pertemuan bersama di kediaman, Taman Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Penulis agak malas, karena pertama memang sudah tidak fresh. Fisik sudah drop. Direcoki berbagai penyakit di usia pas-pasan seperti sekarang.
Baca Juga
Advertisement
Lado meminta kepastian hadir. Akhirnya penulis berjanji kepada Lado: “Iya, aku janji aku datang. Aku ingin bertemu promotor kita, promotor legendaris, Bapak Tourino Tidar.” Lado sepertinya senang, lalu menutup percakapan.
Membangun Sasana Arseto pada Tahun 1985
Tourino Tidar, di eranya, adalah promotor kelas satu Tanah Air. Semua juara Indonesia pernah terikat kontrak pertandingan dengan TT Promotion, perusahaan tinju miliknya. Berkali-kali mengirim petinju Indonesia bertanding di luar negeri. Ada yang bermasalah, karena menimbulkan gaduh akibat keputusan kontroversial.
Di tahun itu, Tourino Tidar menggelar pertandingan “Anker Bir Super Fight”. Sangat favorit bagi semua petinju. Di mana-mana ada pertandingan. Seorang juara baru boleh menerima bayaran Rp4 juta. Jika menang, maka bayaran berikutnya naik menjadi Rp4,5 juta. Naik lima ratus ribu setiap mempertahankan gelar, dan seterusnya.
Baca Juga
Advertisement
Era emas itu sudah berlalu. Semua tinggal kenangan. Tourino Tidar sudah berhenti dari tinju. Sudah aktif di bidang lain.
Orang-orang yang pernah terlibat dalam urusan tinju pro, tidak pernah lepas. Banyak di antara mereka datang ke rumah Taman Tanah Abang. Melihat tempat latihan dan ring tinju.
Tourino Tidar mulai dikenal pada tahun 1985, ketika Boy Bolang mempromosikan Yani “Hagler” Dokolamo [Sawunggaling Surabaya] melawan juara dunia IBF kelas terbang ringan asal Filipina, Dodie “Boy” Penalosa. Sang juara bergaya kidal, akibat polio yang menyerang kakinya di masa anak-anak.
Baca Juga
Advertisement
Kejuaraan dunia itu berlangsung di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu malam, 12 Oktober 2025. Berakhir sangat menyedihkan. Yani Hagler, yang orangtuanya meninggal satu bulan sebelum pertandingan, jatuh-bangun sampai empat kali dihantam straight Penalosa.
Pada tahun 1985, Tourino Tidar mulai mendirikan sasana tinju bernama Arseto Boxing Jakarta. Sasana itu awalnya kalah di setiap pertandingan. Tidak ada bintang. Semua wajah baru, yang bermodalkan pengalaman singkat amatir di daerah masing-masing.
Namun, di masa jayanya hampir semua petinju Arseto menjadi juara Indonesia. Para petinju yang ditangani pelatih Kairus Sahel, tampil sebagai nomor satu di Indonesia. Di antaranya; Oki Petrus yang kemudian menjadi Oki Abibakrin, Ricky Pontoh, Robby Rahangmetan [asal Pirih Surabaya], dan yang lain.
Baca Juga
Advertisement
Tourino Tidar tidak sempat melahirkan juara dunia. Tetapi, patut menjadi catatan bagi penulis bahwa setidaknya beliau dua kali menggelar kejuaraan dunia di Jakarta dan di Medan.
- Tourino Tidar memberikan kejuaraan dunia WBO kelas terbang mini kepada Husni Ray, menantang Rafael Torres [Republik Dominika] di Jakarta, 31 Juli 1990. Husni gagal menjadi juara dunia menyusul kalah angka mutlak 12 ronde.
- Tourino Tidar memberikan kejuaraan dunia WBO kelas terbang ringan kepada Abdi Pohan [Javanoea Malang], menantang Jose De Jesus [Puerto Rico], di Medan, 10 November 1990. Abdi Pohan gagal menjadi juara dunia, menyusul TKO pada ronde ketujuh yang berdarah-darah.
Penulis sudah lama tidak bertemu dengan promotor legendaris Tourino Tidar. Pasti banyak cerita menarik dalam pertemuan hari Kamis, 25 Desember 2025, di kediaman beliau.
Penulis ingin mengajukan beberapa pertanyaan dan salah satunya begini: “Mengapa Bapak berhenti dari tinju?”
Baca Juga
Advertisement
Non-M adalah Finon Manullang, menulis untuk tinju.