Coretan Akhir Tahun: Tinju Indonesia Paling Menyedihkan

SAROHATUA LUMBANTOBING COVER
Kelas menengah asal Tarutung, Sarohatua Lumbantobing, kini menjadi harapan Indonesia dengan rekor belum terkalahkan 5-0-0 [5 KO].

Rondeaktual.com – Pada era COVID-19, pertandingan tinju masih ada di mana-mana. Tetapi, sejak pemerintah menerbitkan Keppres Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia, pertandingan tinju hilang perlahan-lahan. Tinju pro masih ada tetapi sudah jauh tertinggal.

Sepanjang tahun 2025, pertandingan tinju berusaha menampilkan andalan Dirgantara Boxing Camp Jakarta, Ongen Saknosiwi. Dia dua kali naik ring di Jakarta, dengan hasil mengalahkan “The Disaster” Jhon Gemino [Filipina] dan tumbang ditangan Lito “Brave Heart” Badenas [Filipina]. Saknosiwi kalah pada ronde 10, ronde terakhir, yang menyisahkan 50 detik. Berlangsung dalam kelas ringan yunior 10 ronde di Gedung Tennis Indoor Jakarta, tanggal 22 November 2025.

Itu kekalahan yang sangat menyedihkan. Promotor terkesan salah memilih lawan yang pas untuk dihadapi Ongen Saknosiwi, 31 tahun. Saknosiwi adalah salah satu dari sedikit calon petinju masa depan Indonesia.

Advertisement

Daud Yordan Batal Naik Ring di Australia

Tahun 2024, Daud Yordan masih memperlihatkan sisa kematangan bertinjunya dengan menghentikan petinju Argentina, Hernan Leandro Caririzo, KO pada ronde 8 dari rencana 12 ronde perebutan gelar IBA kelas welter yunior di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tahun ini, Daud Yordan yang sudah berusia 38 tahun, seharusnya menjalani pertandingan internasional 12 ronde melawan mantan juara dunia kelas ringan George Kambosos Jr [Australia] di Qudos Bank Arena, Sydney, Australia, 22 Maret 2025.

Daud telah menjalani persiapan keras mulai dari Kalimantan Barat hingga diteruskan ke Bali. Sudah mengikuti promosi besar menuju sukses pertandingan.

Advertisement

Namun, dua hari menjelang pertandingan, promotor Eddie Hearn dari Matchroom Boxing yang terkenal itu, mengumumkan bahwa Daud Yordan masuk rumah sakit. Hearn membatalkan pertandingan dan langsung menawarkan Jake Wyllie [Australia] sebagai lawan pengganti. Kambosos Jr memenangkan pertandingan melalui unanimous decision dua belas ronde.

Kelas Menengah Sarohatua Lumbantobing 4 Kali Menang

Di kelas menengah tinju pro Indonesia, Sarohatua Lumbantobing, petinju amatir Sumatera Utara, menjalani pertandingan profesional sebanyak empat kali. Cukup bagus.

Sepanjang tahun 2025, Sarohatua yang menetap di Tarutung, mencetak empat KO/TKO. Tidak ada yang bisa lolos dari serangan tangannya yang panjang. Jab-straight Sarohatua paling berbahaya bagi setiap lawan.

Advertisement

Dalam pertandingan terakhirnya, Sarohatua kembali mematahkan perlawnan petinju sangat pengalaman dari Papua, Geisler AP, yang kalah pada ronde kelima.

Menurut Sarohatua Lumbantobing saat dihubungi melalui ponselnya tadi malam, rekor profesionalnya sudah menghasilkan 5-0-0 [semua dengan KO].

Sarohatua memulai karier profesionalnya di Jakarta, dengan cepat menghentikan perlawanan petinju kelas member Firman Syach hanya dalam 173 detik. Sarohatua menjadi harapan kelas menengah Indonesia di tengah sepinya pertandingan tinju pro.

Advertisement

Sarohatua adalah pemegang medali perunggu kelas welter ringan PON Jabar 2016, pemegang medali emas kelas welter PON Papua 2021, dan pemegang medali emas kelas menengah PON Aceh-Sumatera Utara 2024.

Beruntung Sarohatua masih bisa membela daerahnya Sumatera Utara di pertandingan amatir. Meski sudah menjadi petinju profesional, Sarohatua masih diizinkan bertanding di Piala Panglima TNI, yang berlangsung di  Balai Prajurit Makodam I/Bukit Barisan, Medan, Sumatera Utara, dari 27 September hingga 2 Oktober 2025. Dalam final kelas menengah, 75 kilogram, Sarohatua merebut medali emas, setelah menyingkirkan harapan Jawa Tengah, Burhanuddin Aduraf.

Sepanjang tahun 2025, tinju pro Tanah Air lebih cendereung menampilkan partai kelas member. Bahkan untuk main event diberlakukan aturan dua menit. Padahal aturan tinju pro untuk setiap ronde adalah 3 menit dan berlaku sama di seluruh dunia. Di sini terlihat, pihak penyelenggara sudah berhasil mengatur organisasi tinju, lantaran mereka dibayar.

Advertisement

Tinju member memang sedang naik daun. Enak dilihat. Sejumlah nama yang sudah pernah juara, tampil di pertandingan profesional dan menghasilkan uang.

Para petinju yang dikembangkan di klub masing-masing, dapat bertanding untuk partai 4 atau 6 ronde dan seterusnya. Tergantung kontrak yang ditawarkan promotor. Penontonnya ribuan orang dan itu yang membuat olahraga ini maju.

Sementara, pertandingan tinju yang asli, yang memulai karier dari sasana melalui jalur tinju prestasi dan tercatat dengan resmi, sudah tidak laku dijual. Kalah konsep. Tidak inovatif. Penonton lebih suka melihat partai member daripada tinju asli.

Advertisement

Itu fakta dan harus diakui. Ini harus bisa menjadi pikiran penting bagi semua badan tinju pro Tanah Air.

Bayangkan, di sini sampai enam badan tinju pro. Ini bukan masalah ironis atau tidak ironis, ini sangat menyedihkan. Terlalu banyak badan tinju dan ini terbanyak di dunia. Sangat disayangkan malah jarang pertandingan. Mereka sepertinya hanya berlomba-lomba untuk mendapatkan jabatan Inspektur Pertandingan.

Tinju Indonesia paling menyedihkan. Sudah lama terbelah. Sudah tidak seperti dulu ketika badan tinju masih satu. Era emas tinju pro sudah bergeser. Sudah ditinggal penggemar. Jangankan juara dunia, generasi Ellyas Pical saja kita tidak memiliki petinju.

Advertisement

Ini belum berakhir. Mari kita bangkit, bersama-sama mencari generasi Ellyas Pical. Menggelar pertandingan sebanyak mungkin adalah syarat penting yang tidak boleh dihapus. Siapa tahu menghasilkan perubahan yang signifikan.

Finon Manullang, menulis untuk tinju

Advertisement