Rondeaktual.com – Penulis pertama kali melihat Ellyas Pical di sasana Garuda Jaya, yang berlokasi di dalam perumahan elite Kompleks Bank Indonesia [BI], Pancoran, Jakarta Selatan.
Sebelum menjumpai Ellyas Pical, penulis terlebih dahulu wawancara dengan bintang bola voli Indonesia, Olce Rumaropen, yang tinggal sekitar 100 langkah orang dewasa dari Garuda Jaya.
Pada era itu, BI secara total membina bola voli, sehingga cepat menjadi olahraga favorit untuk semua lapisan masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Itu tahun 1982. Jangankan wawancara, bersalaman pun tidak dengan Ellyas Pical. Penulis berdiri di pinggir ring sambil melihat Ellyas Pical jongkok membetulkan tali ring.
Penulis tidak sendiri. Ada Boy Bolang, wasit top Djafar, pelatih Kid Francis, Simson Tambunan, Pontas Simanjuntak, dan Jimmy Chiu [mantan petinju pernah menjadi sorotan media ketika menjual gagasan mendatangkan Boney M ke Monas, Jakarta, Indonesia. Boney M kesohor lewat River of Babylon yang sangat melegenda].
Mengenal Ellyas Pical di Samping Kandang Kuda
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 12 Desember 1982, penulis benar-benar mengenal Ellyas Pical. Kami salaman, sedikit wawancara, dan mengambil gambar.
Baca Juga
Advertisement
Itu di saming kandang kuda terkenal bernama Satria Kinajungan [kebanyakan orang menulisnya Kinayungan, ejaan baru yang sudah disempurnakan]. Terletak di pinggir jalan raya, Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Kandang kuda itu kelas internasional, milik Herman Sarens Soediro, yang sebelumnya atau pada tanggal 29 Agustus 1981, menjadi promotor untuk Kejuaraan Dunia WBC kelas welter yunior antara juara Saoul Mamby [Amerika Serikat] melawan penantang Thomas Americo [Indonesia]. Mamby menang melalui pertandingan panjang 15 ronde tanpa knock down.
Itu merupakan kejuaraan dunia WBC pertama dan satu-satunya yang pernah terjadi sepanjang sejarah tinju di Indonesia. Sampai sekarang, belum pernah ada kejuaraan dunia WBC yang kedua di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Sejak menjadi promotor Mamby-Americo, Herman Sarens Soediro menjadi sangat “gila-gilaan” untuk olahraga tinju. Aktif promotor dan mendirikan sasana tinju bernama Satria Kinayungan.
Herman Sarens Soediro, tokoh berkuda Nasional, menyediakan ruangan untuk berbagai kegiatan Komisi Tinju Indonesia [KTI], termasuk acara weight in antara Ellyas Pical melawan Eddy Rafael.
Eddy Rafael datang sebagai lawan pengganti. Lawan asli Ellyas Pical tidak terlihat ke penimbangan. Ketika pertandingan Ellyas Pical hendak dibatalkan, tiba-tiba Eddy Rafael sudah berada di ruang penimbangan.
Baca Juga
Advertisement
Mantan petinju “Siantarman” Chairuddin [kemudian berubah menjadi Rudy Chairuddin] bertindak sebagai matchmaker untuk poromotor Halim Susanto. Chairuddin menawarkan bayaran Rp 60.000 untuk Eddy Rafael melawan Ellyas Pical dalam kelas bulu yunior 6 ronde durasi 3 menit.
Pertandingan itu dinyatakan sah, tetapi tidak ada kontrak untuk petinju. Keduanya menjalani pemeriksaan kesehatan oleh dokter tinju yang yang disediakan KTI Jaya. Ellyas Pical ditimbang lebih dahulu disusul Eddy Rafael. Keduanya dengan berat 55 kilogram dan sah untuk pertandingan kelas bulu yunior.
Penimbangan selesai pada pukul 10.30, hari Minggu, 12 Desember 1982. Pertandingan berlangsung Minggu malam, 12 Desember 1982. Gedung pertandingan hanya sekitar 10 meter dari kandang kuda atau dari ruang penimbangan petinju.
Baca Juga
Advertisement
Pada era itu, tinju pro menjalani penimbangan enam jam sebelum pertandingan. Era sekarang beda, penimbangan dilakukan sehari sebelum pertandingan. Berlaku sama di seluruh dunia.
Pada malam pertandingan, penulis datang meliput debut tinju pro Ellyas Pical. Itu sangat bersejarah. Tidak terlihat wartawan lain yang datang meliput. Ellyas Pical Memperlihatkan gaya kidal murni, memaksa Eddy Rafael memilih menyerah pada ronde kelima. Tidak ada yang terjatuh mencium kanvas ring. Tidak ada yang dibantai. Ellyas Pical mendominasi melalui long hook kanan, upper cut, dan straight.
Sejak pertandingan itu, karier Ellyas Pical menjadi cemerlang. Seminggu kemudian, 19 Desember 1982, Ellyas Pical memenangkan pertandingan keduanya di GOR Pulosari Malang.
Baca Juga
Advertisement
Setelah itu, barangkali semua sudah tahu, pada Jumat malam, 3 Mei 1985, Ellyas Pical melalui long hook kidalnya menjatuhkan juara Ju Do Chun [Korea Selatan] pada ronde kedelapan dari lima belas ronde yang direncanakan di Gedung Tua Istora Gelora Bung Karna.
Malam itu, Ellyas Pical asal Saparua, Maluku, tercatat sebagai orang Indonesia pertama menjadi juara tinju dunia. Ellyas Pical merebut gelar IBF kelas bantam yunior, yang dipromosikan oleh promotor Boy Bolang.
Sekilas Tentang Eddy Rafael
Sejak pertandingan melawan Ellyas Pical, Eddy Rafael dari sasana Scropio, Jalan Kramat Pulo D/3, Jakarta Pusat, perlahan-lahan menggantungkan sarung tinju. Berhenti total dan menjauh dari tinju.
Baca Juga
Advertisement
Eddy Rapael asal Papua, menikah dan memiliki beberapa putra dan putri sudah besar. Tidak ada pemberitahuan kapan menikah, dengan siapa, dan tinggal di mana, tiba-tiba datang berita duka mendalam bahwa Eddy Rafael telah mendahului kita untuk selama-lamanya.
Jenazahnya sudah dimasukkan ke dalam peti mati di Rumah Duka, Rumah Sakit Santo Carolus, Jalan Salemba Raya, Paseban, Jakarta Pusat.
Bersyukur penulis masih sempat memberikan penghormatan terkhir, datang ke rumah sakit bersama mantan petinju Aswan Abu Bakar, Ricardo Simanungkalit bersama istri, Daud Sanusi bersama istri. Keluarga almarhum hampir tidak percaya bahwa ternyata orang yang mereka cintai selama ini masih memiliki sahabat yang luar biasa, setidaknya yang hadir di rumah duka.
Baca Juga
Advertisement
Menurut istri dan anak perempuan yang paling besar, Eddy Rafael meninggal dunia karena sakit di Jakarta, Sabtu, 21 Juli 2018. Jenazah dikubur di Tempat Pemakaman Umum [TPU] Pondok Ranggong, Jakarta Timur, Rabu, 25 Juli 2018.
Rest in Peace.
Finon Manullang, adalah penulis buku “Memoar Tinju Profesional” dan “Perjalanan Tinju Indonesia” dan promotor tinju di atas kapal tongkang Sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Baca Juga
Advertisement