Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Pemenang medali emas kelas welter PON Papua 2021, Sarohatua Lumbantobing, 24 tahun, merasa bangga bisa bergabung dengan Tim Pelatnas SEA Games XXXI/2022 Hanoi, Vietnam.
Pelatnas sudah dibuka sejak Kamis, 3 Februari 2022, ditempatkan di HS Boxing Camp Ciseeng. Seluruh petinju dan pelatih, berlatih dan tinggal di Ciseeng, sebuah Kecamatan penghasil ikan hias di Kabupten Bogor, yang sekarang menjadi terkenal sejak HS Boxing Camp berdiri tiga tahun silam.
Dari Tarutung ke Pelatnas SEA Games Ciseeng, merupakan kehormatan besar bagi seorang petinju daerah bernama Sarohatua Lumbantobing.
“Saya lahir dan besar di Tarutung. Saya tinggal dan berlatih tinju juga di Tarutung. Itu kota kebanggaan bagi saya,” kata Sarohatua Lumbantobing.
Tarutung terletak di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. “Sampai sekarang saya tetap latihan di Tarutung Boxing Camp, itu nama sasana saya. Di sana saya punya pelatih, yaitu Sopar Lumbantobing, ayah saya. Untuk menghadapi SEA Games Hanoi, saya berlatih di Ciseeng bersama tiga pelatih dari Pertina (Darman Hutauruk, Teko Lewaherilla, dan Kusdiyono). Sudah mau masuk dua minggu kami di Pelatnas SEA Games.” Sarohatua Lumbantobing menjelaskan.
Sarohatua lahir di Tarutung, 22 Agustus 1997. “Saya anak pertama dari dua bersaudara. Adik saya perempuan, tinggal di Tarutung.”
Sarohatua mulai mengenal olahraga tinju ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Usia 12, Sarohatua mendapat pelajaran tinju dari Sopar Lumbantobing.
Pada tahun 2011, Sopar Lumbantobing mengantar Sarohatua Lumbantobing ke pertandingan resmi Kejuaraan Daerah (Kejurda), yang berlangsung di Tarutung. Sarohatua pulang dengan membawa medali emas kelas 48 kilogram tingkat muda (junior).
Pada tahun 2012, Sarohatua mewakili Sumatera Utara untuk mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Junior & Youth di Rawamangun, Jakarta Timur.
“Tidak ada hasil. Saya kalah di pertandingan ke dua kelas 50 kilogram tingkat junior.”
Tahun 2014 Kejurnas Junior & Youth di Tangerang, Banten, Sarohatua merebut medali emas kelas 64 kilogram kategori remaja (youth).
Karir tinju Sarohatua terus meningkat dan merebut medali emas kelas welter ringan 64 kilogram Pra PON Wilayah Barat tahun 2015. Di pertandingan final, Sarohatua mengalahkan petinju senior dari Sumatera Barat, Mifta Rivai Lubis yang merupakan juara nasional dan mantan penghuni Pelatnas SEA Games yang pernah menggemparkan ketika petinju pelatnas ramai-ramai mengeroyok manajer Pelatnas SEA Games Syamsul Anwar Harahap.
Pada PON XIX/2016 yang berlangsung di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Sarohatua harus puas dengan medali perunggu kelas welter ringan. “Di semifinal, saya kalah melawan petinju tuan rumah Panser Pattinama. Panser maju dan merebut medali emas,” ujar Sarohatua, yang mengaku belum mempunyai idaman hati. “Saya tidak punya pacar,” katanya.
Hanya merebut medali perunggu PON Jabar, Pertina era Ketua Umum Johni Asadoma memanggil Sarohatua masuk Pelatnas SEA Games Kuala Lumpur. Ketika itu Sarohatua berumur 19. Usia muda menjadi pertimbangan terakhir sebagai salah satu persyaratan penting untuk boleh masuk pemusatan latihan nasional.
Pada SEA Games Kuala Lumpur XXIX/2017, Sarohatua hampir saja membuat sejarah. “Saya gagal merebut medali emas. Di final kelas welter ringan, saya kalah melawan petinju Thailand, Wuttichai Masuk.”
Pulang dari SEA Games KualaLumpur, Sarohatua menerima bonus Rp 100 juta dari pemerintah pusat dan Rp 25 juta dari pemerintah provinsi.
“Tidak pernah terbayangkan, kalau tinju bisa menghasilkan uang sebanyak itu,” komentar Sarohatua. “Uang itu saya pakai beli rumah di Tarutung untuk orangtua, Mama dan Papa. Adik juga kebagianlah.”
SEA GAMES 2017
1. Kornelis Kwangu Langu (Bali), kelas terbang ringan 49 kilogram, gagal medali.
2. Aldoms Sugoro (DKI Jakarta), kelas terbang 52 kilogram, berhasil merebut medali emas, dalam final mengalahkan Tanes Ongjunta (Thailand).
3. Simon Makarawe (Jawa Barat), kelas bantam 56 kilogram, gagal medali.
4. Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara), kelas welter ringan 64 kilogram, merebut medali perak, dalam final kalah melawan Wuttichai Masuk (Thailand).
5. Richard Oscar Laim (Kalimantan Timur), kelas menengah 75 kilogram, merebut medali perunggu.
6. Brama Hendra Betaubun (Maluku), kelas berat ringan, gagal medali.
Setelah SEA Games 2017 bubar, Sarohatua mendapat surat panggilan masuk pelatnas menghadapi Asian Games XVIII/2018 Jakarta.
“Pelatnas Asian Games di Manado. Kami di sana terus sampai pertandingan di Jakarta. Kami sempat dua kali try out ke Ukraina dan Thailand. Di pertandingan Asian Games, saya kalah di babak pertama.”
Di pertandingan dalam negeri, Sarohatua setidaknya dua kali dihadang habis oleh rekan sedaerahnya, Savon Simangungson. “Semifinal Kejurnas Elite Bangka Belitung 2017, saya kalah dari Bang Savon. Terus terulang lagi di semifinal Kejurnas Elite Bandar Lampung 2018, saya kalah lagi.”
Kalah, Sarohatua mendapat support besar dari keluarga. Tinju harus dipertahankan dan maju mengikuti Pra PON Wilayah Barat di Bengkulu November 2019. “Saya berhasil merebut tiket PON, setelah menang di pertandngan final melawan petinju tuan rumah, Yohanis Basikbasik.”
PON Papua XX/2021, Sarohatua membuat kejutan besar. Pada pertandingan pertamanya berhasil memukul KO ronde pertama Buce Tibalimeten (Maluku), 8 Oktober 2021.
Di semifinal, Sarohatua menang KO ronde pertama atas Mendy Yikwa (Jawa Timur), 11 Oktober 2021.
Di final, Sarohatua menang angka atas lawan tangguh yang pernah dua kali mengalahkannya, Saputra Samada (Nusa Tenggara Barat), 13 Oktober 2021.
“Medali emas tidak saya terima di atas ring. Padahal, Pak Gubernur (Sumatera Utara, Edy Rahmayadi) sudah siap untuk mengalungkan medali emas. Waktu itu ribut besar. Tuan rumah Papua protes pertandingan kelas berat antara Erico Amanupunjo (Papua) melawan Wilis Riripoy (Jawa Tengah). Kami terima medali simbolis saja,” kata Sarohatua.
Di pertandingan PON Papua, pukulan Sarohatua jauh lebih berbobot dari pertandingan sebelumnya. Apa yang terjadi?
“Mungkin karena sudah beradaptasi dari 64 kilogram ke 69 kilogram. Sebelumnya terlalu lambat menyerang karena harus menekan berat badan. Setelah main di kelas 69 kilogram, rasanya jadi enteng. Kalau tangan kita entang, pukulan pun jadi berbobot. Itu mungkin yang dibilang pukulan saya menjadi lebih kuat dari sebelumnya.”
Medali emas kelas welter PON Papua menghasilkan apa saja?
“Bonus 250 juta datang dari Pemda Sumut dan yang lain dari manajer tim PON Tinju Sumut (Sabam Manalu) 30 juta. Dari Kabupaten Tapanuli Utara 10 juta. Uagnya saya pergunakan untuk beli rumah di Tarutung, rumah untuk saya sendiri. Lainnya bantu orangtua, itu sudah tanggung jawab.”
Ketika meninggalkan Tarutung menuju Pelatnas SEA Games di Ciseeng, barangkali ada janji kepada orangtua.
“Saya dipesan supaya rajin latihan dan ibadah. Jaga kesehatan dan jangan keluyuran. Pusatkan pikiran untuk SEA Games. Itu saja pesan orangtua. Pesan itu akan saja jaga dan saya berjanji akan berjuang maksimal untuk bisa mendapatkan medali SEA Games. Saya akan meningkatkan hasil KualaLumpur medali perak menjadi mendali emas di Hanoi. Memang tidak mudah. Tapi saya harus berjuang untuk bangsa dan negara siap merebut medali emas. Mohon doa restu agar kami berhasil.”
TENTANG SAROHATUA
Nama: Sarohatua Lumbantobing.
Lahir: Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 22 Agustus 1997. Anak pertama dari dua saudara.
Usia: 24 tahun.
Nama ibu: Lisbet Aritonang.
Nama ayah: Sopar Lumbantobing.
Nama adik (perempuan): Laura Lumbantobing.
Nama sekolah:
1. SD Negeri 173100 Tarutung.
2. SMP Swasta St. Maria Tarutung.
3. SMA Negeri 2 Tarutung.
Prestasi:
1. Medali perunggu kelas welter ringan PON XIX/2016 Jawa Barat.
2. Medali perak kelas welter ringan SEA Games XXIX/2017 Kuala Lumpur.
3. Medali emas kelas welter PON XX/2021 Papua. (finon manullang)