Rondeaktual.com – Penulis tidak pernah melihat Frans van Bronckhorst sebagai petinju. Mungkin lantaran sampai pengunduran diri beliau pada tahun 1980, penulis belum memulai perjalan jurnalistik.
Frans van Bronckhorst
- Lahir: Bandung, Jawa Barat, 2 April 1949.
- Meninggal dunia: Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025, dalam usia 76 tahun.
- Rumah duka: Kalibata Timur IV-D Nomor 2, Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan.
Keluarga Yang Berduka
Baca Juga
Advertisement
- Anantya [anak].
- Aruna Laksana [anak].
- Diny Febriyanti [menantu].
- Asraf Priyatama van Bronckhorst [cucu].
- Ashadiya Paramahita van Bronckhorst [cucu].
Setelah mengenal, penulis hampir tidak pernah melewatkan Frans VB dalam berbagai tulisan, baik versi news maupun feature.
Ketika Frans VB sudah pensiun dari tinju, beliau masih tetap sibuk sebagai pelatih. Setia hadir di berbagai acara. Frans VB tidak pernah menolak hadir setiap mendapat undangan lisan dari penulis untuk menghadiri pertandingan tinju amatir.
Tulisan berjudul “Happy Birthday Frans VB” di Rondeaktual.com edisi 3 April 2024, adalah tulisan terakhir tentang Frans VB.
Di dalam tulisan, penulis sampaikan “selamat ulang tahun, Bang Frans. Happy birthday. Hari ini terasa sangat spesial, usia bertambah satu tahun.”
“Saya di rumah saja bersama anak [Anantya]. Tidak ada acara apa-apa. Sudah tidak punya uang,” kata Frans VB bergurau.
Baca Juga
Advertisement
Itu percakapan terakhir dengan Frans VB, Rabu, 3 April 2024. Frans VB sempat curhat. “Kalau sudah malam, jam tujuh, saya sudah tidur. Memang sudah harus begitu, apalagi kondisi seperti sekarang, kalau jalan saja sudah ibarat mobil yang oleng. Maklumlah, sudah bertambah tua.”
Istri Bang Frans, seorang atlet panahan, telah meninggal dunia beberapa tahun yang lampau.
Raja Kelas Welter yang Rendah Hati
Penulis pertama kali mengenal Frans VB melalui tulisan wartawan Valens Doy di Harian Kompas.
Baca Juga
Advertisement
Dari berbagai data dan telah terkonfirmasi langsung, Frans VB adalah seorang raja kelas welter. Rendah hati dan sangat bersahabat, kepada siapa saja. Beliau seorang juara Asia, juara Kejurnas Makassar, juara PON, dan juara Piala Presiden RI yang pertama di Jakarta tahun 1976.
Medali emas kelas welter Asia VI/1973 mungkin salah satu yang terbesar. Beliau merebutnya di Bangkok, Thailand. Dalam final, Frans VB mengalahkan Chang-Woo Lee (Korea).
Frans VB juga seorang pemegang medali emas kelas welter PON VIII Jakarta tahun 1973. Dalam final, Frans mengalahkan Mangaju [Aceh].
Baca Juga
Advertisement
Tentang PON, Frans pernah cerita gagal merebut medali emas kelas welter ringan PON VII di Surabaya tahun 1969. Wongso Suseno mengalahkannya dalam pertandingan semifinal.
“Waktu itu, Wongso menjadi idola penonton tuan rumah. Saya main dengan gaya boxer. Jab-jab, atas perintah helper. Tapi itu saja [[jab-straight] tidak cukup untuk menahan Wongso. Dia kuat. Maju terus. Fighter memang begitu dan saya kalah. Wongso maju ke final dan merebut medali emas.”
Frans VB pernah mengalahkan Wongso Suseno. “Setelah PON, saya jumpa Wongso di Kejurnas Makassar [tahun 1970]. Dalam final kelas welter, saya mengalahkan Wongso Suseno.”
Baca Juga
Advertisement
Tentang perjalanan karier tinju termasuk medali yang pernah direngkuh Frans VB, sudah sering penulis sampaikan melalui Tabloid Ronde, kemudian Majalah Ronde, dan melalui Rondeaktual.com. Bukan sekali saja, melainkan sudah berkali-kali.
Sejumlah mantan petinju satu angkatan dengan Frans VB, seperti Wiem Gommies [di Hatalai, Maluku] dan raja kelas berat Lodewijk Akwan [di Sorong, Papua Barat], menyebut Frans VB seorang petinju rendah hati.
“Disiplinnya bagus,” komentar petinju legendaris Lodewijk Akwan di Sorong, Papua Barat, saat dihubungi tadi malam. “Kalau bicara, selalu halus dan ramah,” tambah Lodewijk Akwan.
Baca Juga
Advertisement
“Frans VB guru saya,” kata Hengky Silatang, tadi pagi, sebelum penulis memulai olahraga. “Beliau mengajari saya bagaimana melepaskan jab dengan baik, sebab beliau terkenal dengan jab. Melalui jab, beliau bisa mengalahkan lawan. Jab terbaik Indonesia ada pada Frans VB dan satu lagi {Iwan} Tubagus Jaya. Jab Tubagus Jaya [sekarang tinggal di rumah anaknya, setelah cerai dengan istri] sangat terkenal di masa mudanya,” sebut Hengky Silatang.
Pertemuan Terakhir Frans VB
Tidak terhitung berapa banyak pertemuan penulis dengan Frans VB. Salah satu yang paling berkesan ketika Frans VB datang ke Balai Prajurit Marinir, Cilandak, Jakarta. Secara khusus penulis mempertemukan empat juara besar untuk tujuan foto bersama. Itu satu-satunya foto yang terdokumentasi. Mereka bersedia menunggu satu-satu berdiri di luar pintu masuk sampai lengkap empat orang. Entah di mana sekarang foto itu.
Empat nama besar adalah
- Ferry Moniaga, juara Asia kelas bantam.
- Syamsul Anwar, juara Asia kelas welter ringan.
- Frans VB, juara Asia kelas welter.
- Wiem Gommies, juara Asia dan dua kali juara Asian Games kelas menengah.
Sementara, pertemuan terakhir dengan Frans VB terjadi di sebuah perkampungan di Parigi Mekar, Desa Ciseeng, Bogor, Jawa Barat, Sabtu siang, 29 Agustus 2020.
Baca Juga
Advertisement
Di sana, penulis sengaja duduk di samping kanan Frans VB, sambil menikmati hidangan di piring besar. Kami bertemu untuk memenuhi undangan buka sasana HS Boxing Camp, milik Hengky Silatang.
Banyak yang hadir, antara lain, berdasarkan abjad:
- Ellyas Pical, juara dunia IBF kelas bantam yunior tahun 1983.
- Frans van Bronskhorst, juara kelas welter Asia tahun 1973.
- Icuk Sugiarto, juara bulutangkis dunia tahun 1983.
- Johni Asadoma, Irjen Pol, Ketua Umum PP Pertina.
- Joey de Ricardo, mantan juara IBF Intercontinental.
- Krisna Bayu, judoka top pemegang medali emas kelas 100 kilogram SEA Games 2001 Kuala Lumpur.
- Nico Thomas, juara tinju dunia IBF kelas terbang mini taun 1989.
- Raja Sapta Oktohari, promotor tinju dunia yang menjabat Ketua Komite Olimpiade Indonesia.
- Saidal Mursalin, Kombespol, Sekjen PAW PP Pertina.
- Syaripudin Lado, promotor tinju asal Pahlawan Revolusi Jakarta Timur.
- Widjanarso, dokter tinju dan personalia PP Pertina.
- Wilem Loyor, promotor tinju dari Lembata Promotions.
- Wolter Rumsory, personalia PP Pertina.
- Wartawan, dari berbagai media on line dan televisi.
Setelah makan siang bersama, penulis meminta Frans VB memberikan sambutan.
“Untuk menjadi juara harus disiplin,” kata Frans VB, di hadapan tamu, termasuk Tim Pelatnas SEA Games. “Tidak boleh malas. Petinju yang bangun di atas pukul enam, itu tanda-tanda petinju malas. Malas harus dilawan.”
Baca Juga
Advertisement
Sebelum menutup kata-katanya, Frans VB menyebut enam nama petinju Indonesia yang pernah menjadi juara Asia.
- Wiem Gommies, merebut medali emas kelas menengah Asia V/1971 di Teheran, Iran. Dalam final, Wiem memukul KO pada ronde kedua Masoud Keshmiri (Iran).
- Frans VB, merebut medali emas kelas welter Asia VI/1973 di Bangkok, Thailand. Dalam final, Frans menang 5-0 atas Chang-Woo Lee (Korea).
- Syamsul Anwar, merebut medali emas kelas welter ringan Asia VIII/1977 di Jakarta. Dalam final, Syamsul mengalahkan Katsuhiro Okhubo (Jepang).
- Benny Maniani, merebut medali emas kelas berat ringan Asia VIII/1977 di Jakarta. Dalam final, Benny mengalahkan Masis Hambarsumian (Iran).
- Ferry Moniaga, merebut medali emas kelas bantam Asia IX/1980 di Bombay, India. Dalam final, Ferry menang 3-2 atas Chul-Soon Hwang (Korea).
- Hendrik Simangunsong, merebut medali emas kelas menengah ringan Asia XVI/1992 di Bangkok, Thailand. Dalam final, Hendrik mengalahkan Ki-Soo Choi (Korea).
Selesai memberi sambutan, penulis menyambut kemudian mengantar Frans VB ke tempat duduk semula. Sambil melangkah, Frans VB bilang begini: “Gimana sih, ga biasa bicara disuruh bicara.”
Penulis tertawa, dalam hati. Kata-kata penuh canda itu tak terlupakan sampai sekarang. Selamat jalan Bang Frans VB, nama dan karya besarmu dalam tinju Tanah Air tidak akan lekang oleh waktu. [Finon Manullang]
Baca Juga
Advertisement
Tinggalkan Komentar..