Rondeaktual.com – Ajun Komisaris Besar Polisi [AKBP] Alredo Rumbiak, SIK, M.Tr. Mil, 41 tahun, yang sekarang menjabat Kapolres Nduga, Polda Papua, menyimpan banyak kenangan sepanjang karier tinjunya di masa lalu.
“Saya pernah kena blacklist di Makassar. Waktu itu baru pulang dari Arafura Games tahun 2001. Saya pergi ke Makassar untuk mengikuti Kejuaraan Nasional [Kejurnas] tingkat yunior. Saya dilarang main,” kenang AKBP Alredo Rumpiak di Kabupaten Nduga, saat dihubungi beberapa jam yang lalu.
Karier tinju Alredo Rumbiak terbilang cepat mengorbit tetapi kemudian berhenti karena harus memilih masuk polisi.
Baca Juga
Advertisement
Alredo Rumbiak mulai tinju bersama pelatih ayahanda tercinta Alex Rumbiak di Pertina Tangerang, Banten. Pada tahun 2001, ia mengikuti Arafura Games di Kota Darwin, Australia. Indonesia mengirim beberapa petinju, hanya Alredo Rumbiak dan Stevi Binalay [sekarang tugas di Polda Lampung] yang pulang membawa medali.
“Di Arafura Games, saya merebut medali perunggu [bukan medali emas seperti diberitakan selama ini] untuk kelas 48 kilogram. Waktu itu saya masih umur 17, masih yunior tapi main di senior internasional,” kata perwira menengah Alredo Rumbiak, yang dikenal sangat hormat dan menyayangi orangtuanya. Ibundanya asal Sumatera Utara, Renny Florencia Siregar telah tiada pada 15 April 2024.
Setelah Arafura Games 2001, Alredo Rumbiak mengincer medali Kejurnas Yunior Makassar 2001. Panitia Bidang Pertandingan melarang Alredo bertanding. Seorang petinju yang sudah pemegang medali di tingkat internasional, tidak boleh lagi bertanding di tingkat yunior. Harus keluar dan masuk senior [elite].
“Sakit juga kena blacklist di Kejurnas Makassar. Kecewa dan saya menjadi turis di sana. Boleh jadi saya satu-satunya petinju yunior yang dilarang bertanding di tingkat yunior,” ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Alredo Rumbiak bersama ayahanda tercinta sekaligus pelatihnya Alex Rumbiak, setelah mengikuti pertandingan Piala Kapolda Metro Jaya di GBK Senayan, Jakarta, dua tahun yang lalu.
Alredo Rumbiak Terlalu Cepat Diorbitkan
Memang harus diakui, Alredo Rumbiak terlalu cepat diorbitkan. Pada tahun 2001 ketika masih berusia 16 tahun misalnya, Alredo Rumbiak sudah didaftarkan untuk mengikuti pertandingan Sarung Tinju Emas di Semarang. Pulang menghasilkan medali perak.
“Seingat saya, waktu STE Semarang sangat kontroversial. Saya menghadapi senior almarhum Dickson Ton. Seharusnya saya menang angka tapi keputusan juri saya kalah dengan skor 8-9. Di awal ronde, Dickson Ton mendapat hitungan dari wasit karena pukulan telak. Di ujung pertandingan, saya sudah yakin menang, eh kalah.”
Baca Juga
Advertisement
Setelah pertandingan, Pertina malah memanggil petinju yang kalah [Alredo Rumbiak] masuk Pelatnas Arafura Games, yang menghasilkan medali perunggu kelas 48 kilogram.
STE Semarang 2001 sangat berkesan bagi Alredo Rumbiak. “Pada pertandingan pertama, saya menang RSC out class melawan kidal Roland Latuny. Pada pertandingan kedua, saya menang RCS out class melawan John Priadi. Final lawan Dickson Ton.”
Ketika ditanya, apa saja bonus yang masuk setelah mengikuti Arafura Games, Alredo menjawab: “Tidak kebagian bonus apa-apa. Itu membuat saya sedih. Tinju dulu memang begitu. Beda dengan tinju sekarang, yang memperoleh bonus kalau dia merebut medali dari PON, SEA Games, Asian Games, Olimpiade. Di luar kejuaraan multi event itu, biar pun merebut medali internasional tidak ada uangnya.”
Baca Juga
Advertisement
“Tinju dulu memang beda,” Alredo Rumbiak meneruskan. ”Kami tidak pernah berpikir dapat apa nanti kalau juara. Kebanggaan kami kalau pulang membawa medali demi keluarga, bangsa dan negara. Uang tidak kepikiran di otak kami.”
Alredo Rumbiak sangat bangga bila mendengar kisah atlet memperoleh bonus ratusan juta.
“Itu hebat. Turuslah berlatih keras dengan disiplin yang kuat agar bisa menjadi juara. Manfaatkan sebaik mungkin bonus yang datang. Tabung untuk hari esok,” pesan Alredo Rumbiak. Sangat menyemangati.
Baca Juga
Advertisement
Tinggalkan Komentar..