Rondeaktual.com – Sebelum PON XXI cabor tinju berlangsung di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, September 2024, petinju DKI Jakarta Matius Mandiangan, 34 tahun, sudah berjanji siap berhenti. Pensiun dari tinju.
“Ini PON terakhir. Berhasil atau tidak, saya akan pensiun dari tinju. Saya akan turun sebagai pelatih,” kata Matius Mandiangan, kelahiran Desa Motongkad, Motongkad Selatan, Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, 9 Maret 1991.
Matius Mandiangan menutup karier tinjunya dengan gemilang. Merengkuh medali emas kelas welter PON XXI/2024. Beberapa bulan kemudian cair bonus ratusan juta.
Baca Juga
Advertisement
Mandiangan adalah pria spesialisasi kelas ringan, seperti pada tiga PON sebelumnya. Pada PON 2024 ia “dipaksa” harus naik dua kelas karena situasi. Tidak ada pilihan. Ia kerja keras karena berhadapan dengan lawan lebih besar. Mandiangan persembahkan medali emas untuk provinsi yang diwakilinya, DKI Jakarta.
Seperti janjinya, ia setop status atlet. Sudah cukuplah, empat kali ikut PON dan dua kali SEA Games, merebut medali perak kelas bantam SEA Games Laos 2009 dalam final kalah melawan Chatchai Butdee dari Thiland dan medali perak kelas ringan SEA Games Palembang 2011 dalam final kalah melawan Charlie Suarez dari Filipina.
Itu bukti prestasi olahraga Matius Mandiangan yang akan terus dikenang sepanjang hidupnya.
Baca Juga
Advertisement
“Saya sudah mengikuti kepelatihan dan bayar. Saya jalankan karena mendapat dorongan dari pembina (Hengky Silatang). Pak Hengky melihat saya cocok pelatih. Berdasarkan kontrak yang saya tandatangani dengan KONI DKI Jakarta pada Maret 2025, saya resmi asisten pelatih lapis dua. Saya terima dengan bangga. Hasil pelatihan saya gabung dengan semua pengalaman yang pernah saya peroleh dari berbagai pelatih,” kata Mandiangan, yang mulai terbiasa dipanggil “coach”. Ia memulai karier tinju amatir di Belakang Bengkel Volvo, Desa Watutumou, Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ketika masih usia 14.
“Saya sekarang ngelatih di HS Boxing Camp di Ciseeng dan tinggal di rumah kontrakan di sekitar sasana. Dekat, jalan kaki. Segala urusan pertandingan sudah saya tutup. Sudah tidak main tinju lagi. Sekarang menjadi mantan atlet dan olahraha tinju menyisahkan cerita panjang dalam hidup saya.”
Ketika ditanya apa beda atlet dan pelatih, Mandiangan yang dikenal suka bermain gitar dan menyanyi, menjelaskannya: “Kalau petinju, saya pikirannya selalu berusaha untuk mengalahkan lawan. Saya tidak mau kalah. Harus menang, supaya dapat bonus PON. Sekarang pikiran sudah beda, bagaimana menciptakan juara. Ini penting, sebab juara itu dicetak. Tidak datang latihan langsung juara.”
Baca Juga
Advertisement
“Sebagai pelatih baru, saya berusaha membantu pelatih senior. Kerja sama, agar bisa melahirkan juara. Saya ingin banyak petinju yang bisa menjadi juara.”
Ditanya mengapa berhenti sebagai atlet, sementara usia masih bisa sampai PON XXII 2028, ia menjawab: “Sudah capek. Badan pegal semua, mungkin karena banyak cidera. Saya pikir tidak usah diteruskan. Tetap untuk tinju tapi membina.”
Ditanya siapa nama istri, Mandiangan menjawab: “Kalau istri saya belum ada. Masih ingin sebagai laki-laki berkarya. Kerja dulu,” tutupnya.
Baca Juga
Advertisement
Dari kiri: Matius Mandiangan, Apriliani Tombeg, Ricky Notty, Novita Sinadia, dan Adrianus Salamisi, saat mengikuti Piala Kapolri di Jambi 2017. [Foto: Istimewa]
4 PON Matius Mandiangan
- EMAS PON RIAU 2012
Mandiangan [mewakili Sulawesi Utara} merebut medali emas kelas ringan PON XVIII di GOR Tengku Pangeran, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, 17 September 2012. Dalam final mengalahkan andalan Nusa Tenggara Timur, Abniel Daniel.
Merebut emas, Mandiangan memperoleh bonus Rp 100 juta.
Baca Juga
Advertisement
- PERUNGGU PON JABAR 2016
Hanya beberapa bulan setelah PON Riau, Mandiangan “dijual” ke KONI DKI. Seorang pelatih tinju amatir yang mengurus kepindahan, konon kebagian uang “panas”.
Di Sukabumi, Mandiangan merebut perunggu kelas ringan PON 2016, setelah di semifinal kalah melawan petinju tuan rumah Jawa Barat, Gresty Alfons.
Mandiangan memperoleh bonus Rp 35 juta.
Baca Juga
Advertisement
- EMAS PON PAPUA 2020/21
PON XX berlangsung di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua. Pembukaan Selasa, 5 Oktober, dan final Rabu, 13 Oktober 2021. Mandiangan merebut emas kelas ringan, setelah dalam final mengalahkan Walmer Pasiale [Jawa Barat].
Mandiangan memperoleh bonus Rp 350 juta.
- EMAS PON ACEH-SUMUT 2024
Pada PON terakhirnya, Mandiangan bertanding di kelas welter dan merebut medali emas. Dalam final mengalahkan harapan Nusa Tenggara Timur, Libertus Gha.
Baca Juga
Advertisement
Mandiangan menerima bonus Rp 400 juta, sama seperti atlet PON DKI lainnya.
Sebagian uang bonus dari empat kali mengikuti PON, dihabiskan untuk membeli rumah, kebun, dan tanah kosong di Bolaang Mongondow Timur. Investasi hari tua.
Finon Manullang
Baca Juga
Advertisement
Tinggalkan Komentar..