Rondeaktual.com
Anis Ceunfin, 43 tahun, tercatat salah satu yang paling banyak bertanding melawan petinju luar negeri. Namanya masuk dalam sejarah tinju sebagai juara Indonesia empat kelas yang berbeda; kelas terbang mini, kelas terbang, kelas bantam yunior, dan kelas bantam.
Bisa jadi Anis Ceunfin satu-satunya yang pernah menyandang empat gelar juara Indonesia. Sementara, petinju yang pernah menyandang tiga gelar juara atau “triple champion” Indonesia antara lain; Freddy Ramschie (Surabaya), Rudy Haryanto (Jember), Jufrison Pontoh (Jakarta).
“Saya juara Indonesia sampai empat kelas. Tidak terbayangkan sebelumnya,” kata Anis Ceunfin, yang pernah menikmati panen private boxing dengan rekor penghasilan per bulan Rp 40 juta.
“Pertama menjadi juara Indonesia di kelas terbang mini (47.6 kilogram), mengalahkan Nico Thomas, KO ronde keempat. Rematch dua belas ronde, Nico Thomas mengalahkan saya,” ujar Anis Ceunfin, ayah dari Delon Ceunfin. Delon sekarang masuk SMP kelas 1, tinggal bersama orangtua Anis di kampung.
Masa emas Anis Ceunfin telah berlalu. Di ujung karirnya yang panjang, Anis Ceunfin kalah beruntun di luar negeri sampai akhirnya memutuskan berhenti dengan rekor menang-kalah-draw 16-25-5.
“Saya pernah kejuaraan PABA di Thailand dan kandas,” kenang Anis, yang kalah melalui unanimous decision dua belas ronde melawan Sutep Wangmuk.
Kalah, Anis Ceunfin masih mendapat kejuaraan WBO Asia kelas terbang di Thailand, melawan Panthep Mullipoom. Memulai ronde keenam, Anis Ceunfin menolak meneruskan ronde. Menyerah TKO.
Anis Ceunfin menutup karir tinju pronya dengan pahit, TKO di tangan petinju Thailand, Wiran Siththisob di Nakhon Pathom, Thailand, 13 Januari 2017.
Selama bertinju dari satu ring ke ring yang lain, siapa promotor yang paling Anda ingat?
“Bagi saya, sudah pasti mendiang A Seng dari Surabaya. Tidak ada duanya,” puji Anis Ceunfin. “Pak A Seng sangat baik. Sangat perhatian. Saya pernah dibayar 20 juta sekali tanding. Dikasih uang setiap jumpa. Biasanya, kalau beliau sudah melihat dari jauh, langsung merogoh kantong. Sudah dekat baru diselipkan ke tangan. Tidak sekali saja tapi sering. Tidak kepada saya saja tapi juga kepada orang lain.”
Anis Ceunfin menyebut Abraham Bisma termasuk salah satu promotor bagus. Bayar petinju sama seperti angka yang diberikan A Seng, 15 sampai 20 juta. Dari promotor Daniel Bahari, Anis pernah menerima Rp 50 juta untuk lima kontrak main untuk Gelar Tinju Profesional Indosiar.
“Di tahun itu, adalah masa jaya tinju pro Indonesia. Tidak ada bayaran murah. Bonus juga gede.”
Apakah setiap promotor memberikan bonus setelah bertanding?
“Tidak. Maksud saya bonus dari orang-orang yang menang taruhan. Biasanya mereka mendatangi kita di ruang ganti. Ada yang nyetor satu dan dua juta. Itu rezeki. Kita tidak pernah minta.”
“Terus terang, tinju dulu sama tinju sekarang beda. Dulu, untuk masuk peringkat saja harus berdarah-darah. Sekarang, banyak petinju tidak ada peringkat tahu-tahu sudah juara. Kapan dia ambil peringkat?”
“Mengapa bisa begitu? Itu akibat terlalu banyak badan tinju. Akhirnya seperti sekarang, ambruk tanpa gelar juara dunia. Pertandingan juga hampir tidak ada sepanjang pandemic.“
Anis Ceunfin tidak setuju badan tinju pro Tanah Air sampai enam. “Satu atau dua badan tinju saja sudah bagus. Untuk apa sebanyak itu. Banyak badan tinju membuat semuanya serba gampang.”
6 BADAN TINJU: Komisi Tinju Indonesia (KTI), Asosiasi Tinju Indonesia (ATI), Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), Federasi Tinju Indonesia (FTI), Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI), dan Dewan Tinju Indonesia (DTI).
Anis Ceunfin bertinju dari 1999 hingga 2017. “Lawan pertama saya agak lupa-lupa ingat. Waktu itu di Sasana Pirih Surabaya kemudian pindah ke Sasana Extrajoss Jakarta. Tidak langsung juara, tapi dari yang paling bawah dulu. Merasakan pahitnya tinju. Harus melewati partai eliminasi sampai akhirnya menuju kejuaraan Indonesia dan juara.” Gaya tinju Anis dikenal in-fight. Disukai oleh penonton.
JUARA 4 KELAS
1. Januari 2000: Juara Indonesia kelas terbang mini versi KTI, mengalahkan Nico Thomas di Gedung Basket Senayan.
2. 29 Januari 2005: Juara Indonesia kelas terbang, versi KTI, mengalahkan Wido Paez.
3. 13 Maret 2010: Juara Indonesia kelas bantam yunior, versi ATI 10 ronde, mengalahkan Arter Douglas.
4. 1 Juni 2013: Juara Indoneasia kelas bantam, versi KTI, mengalahkan Selsius Rumlus.
Sebagai atlet tinju profesional, apa yang paling berat?
“Jujur, masalah berat badan. Saya pernah menuruskan berat badan dengan cara brutal. Minum obat biar tidak overweight.”
Anis Ceunfin gagal mempertahankan gelar kelas terbang mini. Iwan Key datang dari Malang untuk melucuti gelar juaranya di Studio RCTI.
“Menghadapi Iwan Key, saya sudah dalam masalah. Saya harus nelan obat biar bisa nurunin berat. Setelah itu saya pindah ke kelas terbang dan juara (mengalahkan Wido Paez dari Malang). Saya naik lagi ke kelas bantam yunior dan juara (mengalahkan petinju Bulungan Jakarta, Douglas Arter, mantan murid Joko Arter di Terminal Arjosari Malang). Saya naik lagi ke kelas bantam dan juara di Sutudio TVRI Senayan, mengalahkan Selsius Rumlus.”
Setelah juara Indonesia di empat kelas yang berbeda, Anis Ceunfin kalah terus-menerus. Kebanyakan di luar negeri.
“Saya pikir sudah cukup, makanya mundur. Saya sekarang sendiri. Hidup dari hasil ternak kecil-kecil di kampung. Diurus oleh saudara dan kita ada perjanjian bagi hasil. Di Jakarta, saya tetap ngelatih member. Private boxing. Saya pernah dapat penghasilan tinggi (mencapai Rp 40 juta per bulan). Murid saya orang-orang hebat waktu itu. Tapi sekarang mau bilang apa, sejak era pandemic sumber uang turun drastis. Dapat satu murid saja sudah bagus.”
TENTANG ANIS CEUNFIN
Nama: Yohanes Ceunfin.
Nama ring: Anis Ceunfin.
Lahir: Sap`an, Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur, 25 Juli 1980.
Usia: 43 tahun.
Nama sasana: Pirih Surabaya kemudian Extrajoss Jakarta.
Penah ditangani oleh pelatih: Mario Lumacad, Deli Rumbayan, Feras Taborat, Said Iskandar, Demianus Ahuluheluw, Vicky van Room.
Prestasi: Juara Indonesia empat kelas; terbang mini, terbang, bantam yunior, bantam.
Pertandingan paling berkesan: Menang KO pada ronde ketujuh atas mantan juara dunia WBO Erick Jamili dari Filipina, yang berlangsung di Flobamora, Kupang, tahun 2002.
Pekerjaan: Private boxing.
Domisili: Joglo Raya, Jakarta. (Finon Manullang / Foto: Istimewa)