Benny Maniani: Saya Kalah Melawan Wiem Gommies dan Krismanto

BENNY MANIANI PON PAPUA
Sang legenda tinju Benny Maniani adalah pemegang medali emas kelas berat ringan Kejuaraan Asia, medali emas kelas berat ringan PON, medali perak kelas berat PON, dan medali perunggu kelas menengah PON. [Foto: Ronde Aktual]

Rondeaktual.com – Sekali lagi, penulis sangat bersyukur bisa beberapa kali bertemu dengan petinju legendaris asal Papua, Benny Maniani. Penulis juga sempat melihat beliau bertanding di Istora GBK Senayan, dengan cara membeli tiket termurah di ujung tribun. Ketika itu penulis baru mulai tumbuh menyukai olahraga tinju dan belum mengenal dunia jurnalistik.

Benny adalah pemegang medali emas kelas berat ringan Asia VIII di Jakarta, tahun 1977. Pada semifinal, Benny mengalahkan andalan Pakistan, Muhammad Iqbal. Pada pertandingan final, Benny mengalahkan Masis Hambarsumian [Iran].

Petinju Indonesia di Piala Asia Jakarta 1977

  • Herry Maitimu, kelas terbang ringan atau sering disebut kelas layang [48 kilogram], medali perak, dalam final kalah melawan Koichi Koba [Jepang].
  • Johny Riberu, kelas terbang [51 kilogram], medali perak, dalam final kalah melawan Ishi Koki [Jepang].
  • Charles Thomas, kelas bantam [54 kilogram], gagal medali setelah kalah dalam pertandingan kuarterfinal melawan Ung Jo Jong [Korea Utara].
  • Eddy Gommies, kelas bulu [57 kilogram], gagal medali setelah kalah dalam pertandingan kuarterfinal melawan Jabbar Feli [Iran].
  • Jimmy Sinantan, kelas ringan [60 koligram], gagal medali setelah kalah dalam pertandingan kuarterfinal melawan Muhammad Siddique [Pakistan].
  • Syamsul Anwar, kelas welter ringan [63,5 kilogram], medali emas, dalam final mengalahkan Katsuhiro Okhubo [Jepang].
  • Frans van Bronckhorst, kelas welter [67 kilogram], gagal medali setelah kalah pada pertandingan pertama melawan Ju Seok Kim [Korea Selatan].
  • Frans Bonsapia, kelas menengah ringan [71 kilogram], medali perak, dalam final kalah melawan Mohamed Azarhazin [Iran].
  • Wiem Gommies, kelas menengah [75 kilogram], medali perak, dalam final kalah melawan Karim Samadi [Iran].
  • Benny Maniani, kelas berat ringan [81 kilogram], medali emas, dalam final mengalahkan Masis Hambarsumian [Iran].
  • Krismanto, kelas berat [81 kilogram ke atas], medali perunggu, kalah dalam pertandingan semifinal melawan Parviz Badpa [Iran].

Berdasarkan data yang ada pada dokumentasi “Non-M Promotion”, Kejuaraan Asia ke-8 berlangsung di Jakarta, dari 13 hingga 20 Oktober 1977.

Advertisement

Tuan rumah Indonesia berhasil merebut emas-perak-perunggu 2-4-1. Itu merupakan era emas tinju amatir Indonesia yang luar biasa. Tak akan tersamai.

Benny Maniani, S.Sos adalah PNS pada

  • Kanwil Depdikbud Provinsi Irian Jaya pada Bidang Olahraga dan Generasi Muda.
  • Bagian Tata Usaha pada Sub Bagian Rumah Tangga.
  • Dinas Kebudayaan Provinsi Papua pada Bidang Nilai-nilai Budaya.
  • Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Merauke.
  • Pengawas Pendidikan pada Provinsi Papua dan purna tugas pada tahun 2011.

Benny Maniani diangkat sebagai pegawai sejak tahun 1976. Menjadi pengurus Pertina pada Binpres serta PLT Pertina sampai sekarang.

Advertisement

“Saya menjadi pengurus KONI Irian Jaya sampai saat ini pada Bidang Pembinaan Prestasi KONI. Menjadi atlet tinju saat menjadi pegawai serta pengurus Pertina sampai saat ini,” katanya, dihubungi Jumat pagi, 3 Oktober 2025.

BENNY MANIANI 10 OKT 2021

Bertemu Benny Maniani pada PON Papua

Penulis terakhir bertemu Benny Maniani pada saat pertandingan tinju PON Papua, yang dipusatkan di Gorcen, Jayapura, Oktober 2021.

Advertisement

Setiap hari, mulai dari pertemuan teknis [technical meeting] hingga pertandingan terakhir atau final, penulis selalu bertemu Benny Maniani. Sang legenda tinju hadir sebagai pengurus KONI Papua dan pengurus tinju amatir Papua [Pertina].

PON Papua menjadi salah satu PON paling mencekam. Hampir setiap hari terjadi keputusan berbau kontroversial. Penonton mengejar-ngejar petinju lalu menghantamkan tangannya yang kuat dan besar, menjatuhkan petinju di lantai.

Sejumlah wasit/hakim “diparkirkan” [sebelumnya terkenal dengan istilah dikarungi]. Mereka tetap datang ke arena pertandingan tetapi tidak boleh keluar dari ruang wasit/hakim yang sangat steril. Mereka hanya boleh menunggu tanpa pernah dipanggil untuk menjadi wasit atau hakim. Lebih 10 orang yang diparkirkan.

Advertisement

Menakutkan, terutama pada malam final kelas berat antara Willis Riripoy [Jawa Tengah] melawan tuan rumah Erico Amanuponjo [Papua]. Riripoy memenangkan medali emas.

Sepanjang pertandingan PON Papua, Benny Maniani selalu terlihat di pinggir ring dan tidak pernah malas dalam memberikan semangat kepada setiap petinju Papua yang akan bertanding.

“Saya tugas di KONI Papua. Saya selalu kasih semangat setiap anak-anak Papua hendak bertanding,” katanya.

Advertisement

Benny Maniani, S.Sos, lahir di Serui, Kabupaten Yapen Waropen, Provinsi Papua, 6 Juni 1951.

Sekarang berusia 74 tahun dan menetap di Jayapura. Sejak peniun, ia lebih sering di rumah bersama keluarga.

Sejak kapan sebagai atlet tinju?

“Saya umur remaja sudah mulai olahraga tinju. Masih sekolah sudah tinju. Saya masih ingat, dulu ada sasana Garuda. Saya latihan atas kemauan sendiri,” ujarnya.

Advertisement

Benny Maniani pernah ditangani pelatih Mulyadi, SH, Drs Kuntadi Jajalana, Zulkaryono Arifin, Benny Tandiono, Ian Popa [pelatih asal Rumania].

“Saya pernah bertanding di Kejuaraan Nasional [Kejurnas], Sarung Tinju Emas [STE}, dan Pekan Olahraga Nasional [PON]. Saya pernah kalah melawan Wiem Gommies [Maluku] dan Krismanto [Sumatera Utara]. Dua itu yang pernah mengalahkan saya. Di kelas menengah PON, saya kalah melawan Wiem. Di kelas berat PON, saya kalah melawan Krismanto” kata Benny Maniani, peraih medali emas kelas berat ringan Piala Presiden RI yang pertama di Jakarta pada tahun 1976.

Medali PON Benny Maniani

  • Perunggu kelas menengah PON VIII Jakarta tahun 1973, di semifinal kalah melawan Wiem Gommies [Maluku].
  • Medali perak kelas berat PON IX Jakarta tahun 1977, di final kalah melawan Krismanto [Sumatera Utara].
  • Medali emas kelas berat ringan PON X Jakarta tahun 1981, di final mengalahkan Benny Kaliombar [Maluku].

Tentang Wiem Gommies, Benny Maniani menambahkan: “Saya kalah melawan Wiem pada Pekan Olahraga Wilayah [Porwil Iramasuka] tahun 1973. Itu setelah Wiem pulang dari Olimpiade Montreal dalam kelas menengah. Saya dengan Wiem beda lima tahun.” Wiem 79 tahun dan Benny 74 tahun.

Advertisement

Finon Manullang

Foto: Dok, Non-M Promotion PON Papua

Advertisement