Rondeaktual.com
Vicky van Room, 64 tahun, adalah putra mendiang pelatih besar Pertina Maluku, Teddy van Room. Teddy adalah legenda, yang melatih Wiem Gommies dan Ellyas Pical. Untuk mengenang nama dan jasa beliau, Pertina Maluku menyelenggarakan Teddy van Room Cup. Entah mengapa kejuaraan tersebut dilupakan orang. Pertina Maluku tidak pernah lagi menggelar Teddy van Room Cup.
Setelah Teddy van Room, public tinju mulai mengenal Vicky van Room. Vicky bukan pelatih tertua, tetapi pelatih tinju terlama dengan rekor 40 tahun. Tanpa putus.
Vicky van Room sangat dikenal, karena selama bertahun-tahun memberikan seluruh waktu dan hidupnya untuk persiapan tanding para petinju. Loyalitas tinggi. Vicky sangat dihormati dan itu tidak mudah.
Vicky van Room memulai karir pelatih tinju amatir di Ambon. Bakat turun dari sang ayah, pelatih legendaris Maluku, Teddy van Room.
“Saya memulainya sebagai petinju kelas bantam di Ambon, tahun 1972. Saya lahir di Ambon (19 Maret 1959). Saya belajar tinju dan belajar bagaimana cara melatih tinju datang dari ayah saya, almarhum Teddy van Room. Saya belajar di Sasana Garuda Pattimura Ambon, milik ayah. Itu sasana yang sangat terkenal. Banyak melahirkan petinju berprestasi,” Vicky van Room menjelaskan. Adik Vicky, Errol van Room, juga seorang pelatih tinju.
Karir tinju amatir Vicky van Room untuk kelas bantam tidak lama. Pada usia 24—terbilang sangat muda untuk ukuran pelatih—Vicky van Room sudah membawa tim tinju Maluku menghadapi Kejurnas yunior di Hailai Ancol, Jakarta Utara, tahun 1983.
“Maluku juara umum. Merebut empat medali emas melalui Nico Thomas kelas mini, Agus Titaley kelas layang mengalahkan Adrianus Taroreh dari Sulawesi Utara, Kace Tomasoa kelas ringan, Ventje Patty kelas welter ringan. Medali perunggu dari Errol van Room dan Yopy Nahumuri. Teko Lewaherilla satu-satunya yang gagal medali.” Vicky van Room terpilih pelatih teladan.
“Maluku dulu hebat. Belakangan, untuk merebut satu medali emas saja, setengah mati.”
Di Ambon, Vicky van Room menangani sejumlah petinju muda berbakat besar yang kemudian meraih prestasi tangguh seperti; Nico Thomas, Apeles Letty, Rudy Haurissa, Max Auty, Ventje Patty, Alberth Papilaya, Wiem Sapulette, Agus Titaley, Yohanes Nahumuri, Franky Hamadi, La Atta, Yohanes Muskita, dan masih banyak nama lainnya.
“Tidak sedikit di antara mereka berhasil menjadi juara Nasional dan puncaknya juara PON. Bangga, Maluku salah satu daerah paling banyak melahirkan petinju Nasional. Tetapi sekarang, prestasi tinju Maluku terkesan menurun. Mungkin jalan pembinaannya sudah berubah. Malas juga kurang perhatian. Kondisi itu mendorong petinju Maluku pergi. Mereka bertanding untuk daerah lain dan juara.”
Pada tahun 1991, Vicky van Room datang ke Ibu Kota, atas dukungan tokoh tinju setempat Eddy Sagala.
“Saya ke Jakarta bersama empat petinju; Yohannes Lewerissa, Yohannes Nahumuri, Jack Siahaya, dan Yudi Watimuri. Tujuannya seratus persen untuk menembus tinju pro. Tanding di Monas bersama promotor Boy Bolang. Semua menang KO.”
“Suatu hari, saya jumpa petinju Demianus Ahuluheluw di Jakarta. Demi utusan bos tinju Tinton Soeprapto. Saya dipertemukan. Pak Tinton bicara: “Kalau kamu bersedia untuk serius, saya akan bangun sasana.” Saya jawab, saya masih Dosen Fisip Universitas Pattimura Ambon. Kasih saya waktu untuk pulang Ambon. Saya selesaikan semua urusan. Saya diberhentikan dengan hormat. Saya kembali ke Jakarta dan menjadi pelatih. Sampai sekarang.”
Di Jakarta, Vicky van Room mengurus persiapan tanding untuk petinju Jack Siahaya, Yohannes Lewerissa, Teddy Widal, Moses Seran, Andreas Seran, Daud Jordan, Hofni South, Dion Bajawa, Jack Jacob, Andy Letding, Heri Amol, Anis Ceunfin, Jimmy Gobel, Hanny Manansang, Robby Rahangmetan, Panca Sianturi, Carlos Lopoez, Angky Angkota.
Pernah terikat di berbagai sasana seperti; Tonsco, Arseto, Inline Raya, Amphibi, Nusaniwe, Zeus.
“Semua juara. Angky Angkotta sampai tiga kali juara WBO Asia. Carlos Lopez juara WBO Asia,” terang Vicky van Room. “Saya juga pernah melatih Theodorus Ginting dan Fransisco Tirta. Mereka atlet yang berbakat.”
Sekarang tinju pro kita sedang memasuki era sepi pertandingan. Apa saja yang Coach lakukan untuk menutup rasa jenuh?
“Saya mempersiapkan Parick Liukhoto untuk menghadapi Ruben Manakane dalam partai Sabuk Presiden RI di Jakarta, 1 Desember 2023. Patrick sudah ada perubahan yang baik. Aslinya dia saya rubah ternyata dia punya kemampuan. Dari segi power bagus. Dulu kaku sekarang sudah lentur. Saya sering bilang dia: “Anda pukulan keras tapi kenapa tidak bisa pukul KO lawan. Dia bilang, saya susah untuk menjawabnya. Kemudian saya jelaskan begini, begini, dan seterusnya. Kita punya strategi untuk mencegah langkah Ruben.”
Mengapa hanya di bidang kepelatihan saja, tidak tertarik masuk organisasi atau menjadi agen tinju?
“Saya pelatih saja. Dulu ikut badan tinju. Saya Komtek, karena mengerti teknik dan organisasi. Entah mengapa saya disingkirkan.”
“Saya pernah match maker untuk promotor A Seng, khusus partai eliminasi empat dan enam rondean. Saya juga pernah matchmaker untuk promotor Richarad Engkeng.”
Apa yang sudah diperoleh dari tinju?
Vicky van Room tertawa. Lama sekali. “Selama melatih di amatir tidak dapat apa-apa. Dapat nama doang, itu saya akui, tapi pernah tidak dibayar berbulan-bulan. Di profesional, saya pernah dua kali ke Meksiko. Dapat pengalaman dan dapat uang juga. Saya terima 30 juta (10% dari honor Angky Rp 300 juta). Potongan wajib untuk pelatih memang segitu, sepuluh persen dari nilai kontrak pertandingan. Hanya itu yang saya peroleh dari tinju. Di Meksiko saya terima uang makan enam juta untuk sepuluh hari dari promotor. Kalau di Indonesia, tidak pernah terima uang makan sampai enam juta. Waktu mengantar Angky Angkota kejuaraan dunia di Meksiko, ada bonus seratus juta yang harus dibagi. Saya tidak kebagian seperapun. Saya merasa ditebang. Ketika pergi lagi ke Meksiko, saya tolak. Saya tidak ikut.”
“Waktu mengurus dan mengantar Carlos Lopez rebut gelar WBO Asia di Studio TVRI, saya dapat uang terima kasih 15 juta dari promotor Nico Kilikili. Beliau promotor baik hati. Itu saja.”
TENTANG VICKY VAN ROOM
Nama: Vicky van Room.
Lahir: Ambon, 19 Maret 1959.
Usia: 64 tahun.
Pekerjaan: Pelatih tinju, pelatih MMA.
Tempat kerja: Bandengan, Jakarta Utara.
Tempat tinggal: Japos, Cileduk, Tangerang Selatan, Banten.
Cita-cita: Ingin mencetak juara, terutama juara dunia.
Saran dan pendapat: Potensi tinju kita besar, tetapi sulit untuk mendapatkan pertandingan. Kita butuh promotor yang secara konsisten memberikan pertandingan internasional sehingga kita bisa melahirkan juara dunia baru. Jangan sekali bikin langsung hilang. (Finon Manullang)