Rondeaktual.com
Sarjito alias Jito Armando adalah mantan petinju kelas terbang dari JK Boxing Camp Tanjung Priok, Jakarta Utara. Supaya lebih komersial, namanya digeser menjadi Jito Armando.
“Nama ring saya Jito Armando, pemberian dari Bapak Jhorgie Khoe, kita pe manajer waktu dulu,” kata Jito Armando. “Armando, kalau diartikan, anak rantau Manado.”
Jito Armando lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 4 November 1979. Umur lima tahun sudah di Manado, kemudian merantau ke Ibu Kota, sampai sekarang.
“Kita SD di Manado, sampai besar. Pertama tinju (amatir) juga di Manado,” katanya.
Jito Armanda sekarang dikenal sebagai pelatih Navaz Boxing Camp, yang pusat latihannya di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Jito bersama Indra menangani sejumlah petinju muda usia dan berhasil menjadi juara nasional dan juara internasional. Bukan main.
Karir kepelatihannya bagus dan sekarang menjadi salah satu yang paling sukses. Jito benar-benar sedang naik daun dan tetap rendah hati.
“Saya pelatih yang tidak dibayar, itu awalnya. Saya jalani dengan senang hati. Saya latih anak sendiri dan beberapa orang lain. Tidak ada yang bayar. Sekarang di Navaz Boxing Camp, tempat saya bekerja, saya dapat uang gaji, dapat uang harian, dapat bonus (10%) dari setiap kontrak petinju yang bertanding.”
Apa saja suka dan duka seorang pelatih?
“Pertama, senang karena sudah dapat gaji dapat harian, dulu kan tidak. Lebih enak lagi kalau petinju yang kita tangani menang dan juara. Tidak enaknya, kalau ada petinju yang malas latihan dan dia kalah. Rasanya sangat tidak enak.”
Apa saja impian seorang pelatih?
“Sebagai pelatih, impiannya sudah pasti ingin menjadikan mereka berprestasi dan bisa menjadi juara dunia. Itu impian saya, dan juga impian setiap orang yang memberikan hidupnya sebagai pelatih.”
Jito Armando pertama naik ring amatir di Manado, kemudian masuk tinju pro dan bertanding dalam Gelar Tinju Profesional Indosiar (GTPI) dan tampil dalam tayangan Sabuk Emas RCTI.
“Debut pro saya langsung enam ronde dan menang. Siapa depe nama, so lupa kita. Saya terakhir bertanding untuk Sabuk Bupati Bekas, mengalahkan Panca Silaban,” Jito Armando menjelaskan.
Setelah pensiun dari tinju, Jito Armando membuka usaha kuliner di Manado.
“Saya buka nasi kuning cakalang di samping Fakultas Teknik Sam Ratulangi,” kata Jito Armando, kelahiran Boyolali, besar di Manado, dan sekarang menetap di Jakarta. “Saya jago masak, turun-temurun dari keluarga di Manado. Masak apa saja bisa, termasuk cakalang sambal dabu-dabu. Langganan saya banyak. Buka di rumah di Manado. Malam dorong gerobak, mangkal di ujung gang.”
Di Manado, kata Jito Armando, rata-rata orang jago masak. “Semua bumbu sama. Tetapi, lain tangan lain rasa. Kita harus bisa beda, supaya laku. Kalau masakan biasa-biasa saja, tidak akan ada pembeli ulang. Tidak akan ada langganan,” katanya.
Empat tahun usaha kuliner di Manado, Jito Armando memilih untuk mengadu nasib di Ibu Kota. Dia nyangkut sebagai sekuriti di sebuah perusahaan air minum.
“Mau buka kuliner di Jakarta, jangan dulu. Butuh uang besar. Sewa tempat kelas gang saja sudah tiga puluh juta. Dua minggu pertama belum tentu hidup. Sekarang, mending tabung buat hari esok.”
Empat tahun silam, Jito Armando mendapat tawaran dari Hendra Julio untuk menangani persiapan tanding Ahmad Lahizab dalam partai kejuraan Indonesia kelas bulu.
“Ahmad bertanding di Aula SPN Lido sampai dua belas ronde dan menang. Ahmad menjadi juara Indonesia. Di situ puasnya, tidak dibayar tapi juara.”
Tahun lalu, promotor Martin Daniel memanggil Jito Armando untuk menangani petinju Navaz Boxing Camp.
PETINJU NAVAZ
1. Aser Kewas Tuama, juara WBA Asia Silver kelas terbang.
2. Jufri Kakauhe, juara WBA South kelas bulu.
3. Apris Kakauhe, juara Indonesia kelas ringan yunior.
4. Orlando Limahelu, juara Indonesia kelas welter yunior.
5. Timoti Tumbelaka, peringkat kelas welter.
TENTANG JITO ARMANDO
Nama: Sarjito.
Nama ring: Jito Armando.
Lahir: Boyolali, Jawa Tengah, 4 November 1979.
Umur: 42 tahun.
Pekerjaan: Pelatih tinju profesional.
Nama istri: Wiwik Pujiasih.
Nama anak: Arnasari Armando Junior dan Alfarizqi Putra Sarjito.
Tempat tinggal: Jalan Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.