Rondeaktual.com
Diam-diam legenda tinju kelas bulu dan kelas ringan Sumatera Utara (Sumut) Erwinsyah mengikuti Wawancara Olympian Wiem Gommies, di Rondeaktual.com,.
Setelah membaca berita tersebut, Erwinsyah memberikan komentarnya seperti berikut ini.
“Wiem Gommies adalah seorang petinju yang sangat saya kagumi dan saya hormati,” kata Erwinsyah di Medan, dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa, 8 Februari 2022. “Wiem Gommies pembawaannya kalem dan selalu hormat sama orang yang lebih tua. Beliau seorang teman yang baik, itu yang saya rasakan. Tidak mau mencerikan keburukan kawan sendiri. Beliau rajin membaca alkitab dan rajin ke geraja, itu sangat saya ingat. Kami dulu pernah satu tim, sama-sama mengikuti SEA Games Kuala Lumpur serta SEA Games Jakarta. Kayaknya belum ada petinju seperti Wiem Gommies yang kaya dengan prestasi medali emas Asia dan dua kali medali emas Asian Games. Hormat saya, Erwinsyah dari Medan kepada beliau di Ambon.”
Apa yang disampaikan Erwinsyah, tidaklah dikarang-karang. Wiem Gommies memang seorang legenda besar dan peraih medali emas kelas menengah mulai tingkat Kejurnas, PON, SEA Games, Asia, dan tertinggi Asian Games.
Seperti disampaikan Erwinsyah, belum ada petinju Indonesia yang bisa merebut tiga medali emas level Asia kecuali Wiem Gommies.
Wiem merebut medali emas kelas menengah Asian Games VI/1970 Bangkok, kemudian merebut medali emas kelas menengah Asia V/1971 Teheran, dan merebut medali emas kelas menengah Asian Games VIII/1978 Bangkok.
Semua bangga dengan prestasi besar Wiem Gommies, yang sekarang berumur 75 tahun dan menetap di Ambon, Maluku.
Tetapi, apa yang sudah diperlihatkan Erwinsyah di masa mudanya tidak bisa juga dipandang enteng. Erwinsyah yang dijuluki petinju stylish, pernah merebut medali emas dari Kejurnas, STE, PON, ASEAN, dan SEA Games.
Erwinsyah lahir di Medan, 13 Juli 19 55. Terkenal sebagai stylish boxer. Sekarang berumur 66 tahun dan menetap di Jalan M Saman, Gang Langgar, Bandar Kalifah, Tembung, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Erwinsyah pensiunan dari TTRTB tahun 2011, mengaku sudah 100% berada di rumah. Tidak ke mana-mana. “Awak tak punya pekerjaan. Mocok-mocoklah,” seloronya dalam gaya Medan.
Di Medan, mocok-mocok sering diartikan sebagai orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ke sana ke mari mencari peluang.
Erwinsyah memulai karir tinjunya dari tempat yang tersohor, yaitu Mandala Bypass, Medan, tahun 1974.
“Saya petinju Mandala Bypass,” nadanya bangga. “Sasana diurus oleh pelatih Effendy Nasution, atau terkenal dengan sebutan Pendi Keling. Pak Pendi Keling itulah yang mengajari saya bertinju. Saya latihan sepanjang hari, karena bercita-cita ingin menjadi seorang juara tinju dan tercapai.”
Tiga tahun kemudian, atau pada tahun 1977, Erwinsyah sudah merebut medali emas kelas bulu. “Pada tahun 1977, saya pertama kali menjadi juara nasional. Senangnya bukan main.”
Sepanjang karir tinjunya dari satu ring ke ring yang lain, Erwinsyah menyimpan banyak pengalaman, yang boleh jadi tak akan terlupakan sepanjang hidup.
“Saya pernah dua kali bertanding di Istora Senayan (Piala Presiden RI). Tahun 1977 merebut medali perunggu kelas bulu. Piala Presiden tahun 1979, saya kalah di final melawan petinju Korea Selatan. Kita lepas dua jab dia lima jab. Entah macam mana mainnya, nggak ngerti juga. Petinju Korea di era itu memang luar biasa,” kenang Erwinsyah, yang sering melakukan komunikasi dengan bintang tinju Papua masa lalu seperti juara Asia Benny Maniani dan juara SEA Games Seppy Karubaba.
Pengalaman besar lainnya terjadi pada SEA Games 1979. “Saya main di final melawan Johnny Elorde. Dia anak seorang juara dunia dari Filipina (Flash Elorde). Saya kalah dan dapat medali perak. Saya mendapat pukulan di bagian belakang kepala dan langsung diangkut ke Rumah Sakit Pertamina. Dunia ini mutar-mutar. Antara sadar dan tidak sadar. Saya mengalami gegar otak ringan. Rasanya mati lima hari.”
Erwinsyah meneruskan pengalaman hidupnya. “Johnny Elorde adalah lawan yang hebat. Waktu final SEA Games 1977 Kuala Lumpur, saya pukul dia dan saya dapat medali emas. Pada SEA Games 1979 Jakarta, dia balas menang di final. Dia pukul belakang kepala. Sebelum diangkut ke rumah sakit, dia ciumi saya dan dia peluk. Di mobil ambulans dia bilang: “I`m sorry, Erwin. I`m sorry. I`m sorry.” Sepertinya dia menyesal sekali.
Setelah merebut medali emas PON 1985 dan diteruskan pertandingan internasional di Jerman pada 1986, Erwinsyah memilih berhenti sebagai petinju.
“Saya meneruskan tinju sebagai pelatih. Saya ditatar oleh orang yang tidak pernah juara dan saya tolak. Akhirnya saya menjadi pelatih tanpa sertifikat, sampai sekarang. Saya melatih Lamhot Simamora, Firman Pangeran, Erwin Sihotang, Benget Simorangkir sebentar, dan masih banyak. Sekarang sudah tidak melatih.”
Erwinsyah pernah menjadi pelatih sasana tinju Tiger Deli Serdang. Pernah juara antarsasana Indonesia. Dua kali juara umum Piala Sentot Jakarta Utara.
Prestasi tinju Sumut naik-turun. Sempat tenggelam selama bertahun-tahun, yang dianggap akibat salah urus. Pada PON XX/2021 Papua, Sumut berhasil membawa pulang satu medali emas melalui Sarohatua Lumbantobing, yang tampil luar biasa. Dalam final kelas welter, Sarohatua mengalahkan saingan utamanya asal Nusa Tenggara Barat, Saputra Samada.
“Petinju Sumut terkenal karena jab-straight yang bagus. Sekarang banyak petinju, tidak hanya di Sumut, belum bisa jab-straight sudah naik ring.”
MEDALI ERWINSYAH
1977 – Medali emas kelas bulu STE Aceh.
1977 – Medali emas kelas bulu PON IX/1977. Pada pertandingan final, Erwinsyah menang tidak bertanding (WO) atas Eddy Gommies (DKI Jakarta). Seluruh petinju DKI menarik diri.
1977: Medali emas kelas ringan Piala ASEAN II/1977 Singapura.
1979: Medali perak kelas ringan Piala Presiden RI II/1979 Jakarta.
1979 – Medali perunggu kelas ringan Turnamen Tinju Internasional Paris, Prancis. Erwinsyah terpilih Petinju Favorit.
1979: Medali perak kelas ringan SEA Games X/1979 Jakarta.
1979 – Medali perunggu kelas bulu Kejuaraan Asia 1979 Bombay.
1980: Medali perak kelas ringan Piala ASEAN V/1980 Surabaya.
1981: Medali perunggu kelas ringan Piala Prsiden RI IV/1981 Jakarta.
1981 – Medali emas kelas bulu STE Medan 1981.
1982 – Juara kelas bulu Kejurnas Semarang 1982. Di final mengalahkan Mika Tobing, Erwinsyah terpilih Best Boxer.
1985 – Medali emas kelas ringan PON XI/1985 Jakarta. Pada pertandingan final, Erwinsyah mengalahkan Mika Tobing (DKI Jakarta).
1986 – Medali perunggu di Jerman Timur 1986.
“PON XI tahun 1985, saya juara. Kami tim Sumut berangkat ke Jerman Timur. Mungkin itu hadiah, karena Sumut juara umum PON. Kami main dekat rumah JB Habibie. Waktu itu saya juara ketiga. Selain saya, ikut Damanhur Siregar, Ucok Tanamal. Ada lima petinju, semua Sumut,” kata Erwinsyah. (finon manullang / foto: istimewa)