The Final Bell: Pertandingan Terakhir bagi Cecilia Braekhus di Usia 44

BRAEKHUS VS KOZIN FB
Cecilia Braekhus dan Ema Kozin bertemu pada konferensi pers “The Final Bell” untuk perebutan gelar WBC dan WBO kelas 69.853 kilogram di Nova Spektrum di Lillestrom, 4 Oktober 2025. [Sumber foto facebook]

Rondeaktual.com – Juara WBC Interim kelas menengah yunior Cecilia Braekhus [Norwegia] tidak lama lagi akan berusia 44 tahun. Ia telah mempromosikan pertandingan “The Final Bell” melawan juara WBC dan WBO kelas menengah yunior Ema Kozin.

Menghadapi Kozin menjadi pertandingan terakhir bagi Braekhus, yang akan berlangsung 10 ronde durasi 2 menit di Nova Spektrum Lillestrom, Lillestrom, Norwegia, Sabtu malam, 4 Oktober 2025.

Braekhus telah mencatat hasil pertandingan menang-kalah-seri 38-2-1 [9 dengan KO].

Advertisement

Kozin adalah kidal asal Slovenia dan sekarang berusia 26 tahun dengan rekor menang-kalah-seri 24-1-1 [12 dengan KO].

The Final Bell dipromotori oleh Cecilia Braekhus bersama First Lady Promotions. Braekhus yang dijuluki The First Lady adalah atlet Norwegia paling terkenal dan salah satu yang mendorong dihidupkannya kembali tinju pro di negaranya setelah 33 tahun dibekukan oleh pemerintah Norwegia.

BRAEKHUS 8 SEPTEMBER 2025Komentar Cecilia Braekhus

“Perasaannya banyak sekali,” kata Braekhus saat menggambarkan emosinya dalam panggilan Zoom dengan BoxingScene dari London, di mana dia berlatih untuk terakhir kalinya bersama Johnathon Banks.

"Saya menyukai olahraga ini, namun inilah waktunya bagi saya untuk pergi. Saya akan mengakhiri karier saya dengan baik dengan semua sabuk juara dan saya ingin merasakan kehidupan di luar tinju."

Semuanya dimulai 27 tahun yang lalu, ketika Braekhus masih muda. Ia adalah kelahiran  Kolombia, yang diadopsi pada usia dua tahun dan pindah Norwegia. Ketika mencoba seni bela diri dan langsung jatuh cinta dengan konsep olahraga tarung secara keseluruhan. 

Braekhus mencoba kickboxing dan kemudian tinju. Orangtuanya mengungkapkan kekhawatirannya dan mengatakan kepadanya bahwa ia tidak dapat melakukan keduanya sebelum akhirnya menyerah.
Pada tahuh 1981, tinju profesional dilarang di Norwegia. Braekhus tetap aktif sebagai petinju amatir sampai juara Eropa.

Bukan langkah yang mudah bagi Braekhus, ketika tinju pro dipandang sebelah mata.

“Pertama kali saya pergi ke sasana, saya merasa ini adalah sesuatu yang benar-benar dapat saya kuasai, dan saya rasa para pelatih saya juga melihatnya,” kenangnya.  "Mereka menerima saya dan saya berlatih dengan semua petinju. Saya mendapat pukulan telak dalam sparring. Saat itu saya baru berusia 15, 16 tahun. Saya melakukan sparring dengan orang-orang bertubuh besar. Mereka seperti meninju wajah saya. Namun saya mengatakan “saya suka ini.” Saya ingin melakukannya. Banyak di antara mereka tidak menginginkan seorang gadis ada di sana. Mereka mengira, jika mereka menghajar saya, saya akan pergi dari sana.”

Ternyata tidak begitu ceritanya. Setelah beberapa tahun kemudian, Cecilia Braekhus menjadi wanita Norwegia pertama menjadi juara dunia. Tidak itu saja, ia menjadi juara updisputed, juara yang tak terbantahkan.

Itu sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. [Finon Manullang]

Advertisement